Tuesday, June 23, 2015

Berikutnya Kau yang Mati

11333718_1640654139490071_1210030660_n
it’s not a coincidence. It’s the path they have to walk with.

Yup. Lokal. Karya anak negeri. Dan jangan heran. Saya mendapatkan buku ini melalui Giveaway Goodreads.

Mereka tidak mengenal satu sama lain, akan tetapi mereka mati di saat yang berdekatan. Sebuah kejadian yang janggal apabila disebut sebagai sebuah kebetulan, sebuah kebetulan yang mengerikan. (cukup itu saja yang bisa saya tuliskan)

Sebuah buku bergenre horor yang menceritakan tentang kehidupan enam orang yang berbeda, berjauhan meski bisa dibilang masih dalam satu ruang lingkup daerah yang sama. Kehidupan ke-enam orang itulah yang yang diangkat dan dijadikan bahan cerita pada buku ini. Ide untuk menghubungkan cerita mereka saya sadari ketika saya mulai membaca cerita kedua dan yang ada dalam pikiran saya, “oke, ini menarik”.

Sebenarnya cerita ini ditulis dengan runtut, tapi berdasarkan eksekusinya sedikit kurang menurut saya.

  1. Penggunaan kata banyolan dalam bahasa jawa yang diselipkan dalam beberapa cerita. Mengingat latar belakang tempat sebagian kisah ini terjadi di Purwokerto pada awalnya sedikit aneh ketika mendapatkan dialog dalam bahasa Indonesia karena, Ya, kebanyakan dari mereka berbahasa jawa (dalam kesehariannya sekalipun) yang sangat tidak mungkin dituliskan dalam sebuah novel untuk pangsa pasar nasional. Acceptable. Sampai pada saat saya menemukan banyolan tersebut yang ditulis dalam bahasa Jawa.

  2. Adanya kata-kata serapan (adaptasi maupun adopsi). Menggambarkan tingkat kecerdasan karakter yang ada, Iya. Tapi sebagai pembaca saya sedikit merasa aneh saja. Asumsi, visualisasi adalah beberapa kata yang saya baca. Sedikit tidak nyaman apabila digunakan dalam kalimat dan disandingkan untuk menceritakan/ berdialog padahal ada kata yang bisa mewakili seperti anggap dan gambaran.

  3. Karena penulis menggunakan konsep cerita terpisah, yang terdapat penghubung diantaranya, maka sudah sewajarnyalah ketelitian sangat dibutuhkan (bukan dalam konsep seperti ini saja sebenarnya. Tapi novel biasapun seharusnya juga karena kita tidak mungkin menyebutkan dua fakta yang berbeda untuk hal yang sama). Saya menjumpai bahwa penulis kecolongan (meski hanya satu tempat yang saya temukan) yaitu pada hal. 39 “Kayaknya masih lumayan jauh, deh. Dengan kecepatan normal mungkin tiga atau empat jam kita baru bisa sampai di Dieng.” dan pada hal. 66 “Masih lumayan jauh kayaknya deh. Dengan kecepatan normal mungkin tiga atau empat jam kita baru bisa sampai di Dieng.

  4. Pada salah satu cerita penulis menggunakan kata “.... hari H” yang menurut saya agak aneh. Mungkin perlu mencari padanan kata yang lain. Karena penggunaan kata tersebut dalam cerita ini sedikit melemahkan faktor misteri karena kita akan tahu sesuatu akan terjadi. Apalagi dengan pola yang sudah ketahuan bahwa cerita setelahnya berkaitan dengan cerita sebelumnya.


Secara garis besar buku ini berhasil bercerita dengan baik. Beralur cepat tapi tidak terasa dipadatkan, tidak terasa diburu oleh jumlah halaman yang sedikit. Menarik untuk dibaca sampai selesai. Is it scary? Don’t think so. I’ve seen worse. Tapi meski begitu, buat yang takut dengan cerita horor, kadar buku ini masih dalam taraf ‘aman’ untuk dibaca. J

2 comments:

  1. giveaway di goodreads itu gimana sih kak? aku penasaran..

    ReplyDelete
  2. tinggal masuk aja pake akunmu tru entar ada menu dropdown di bagan ata. tinggal klik...ikutin deh perintahya (yang pada dasarnya klikl klik doang..pokoknya diiyain doang)

    ReplyDelete