Wednesday, May 25, 2016

"Oleh-oleh" dari BBW 2016

 

loading-wolf3Hahahaha.... pertama kali nih.. bikin post yang ga ada hubungannya dengan review buku...

Meskipun masih ada hubungannya dengan buku juga sih. Kali ini mau ngomongin hasil "rampokan" dari Big Bad Wolf atau yang lebih dikenal dengan singkatannya BBW yang diadakan akhir bulan lalu sampai dengan awal bulan ini.

Kenapa baru bikin post-nya sekarang..hehehe... semua karena beberapa buku baru datang ke alamat saya. :D

Meskipun saya sendiri nggak berhasil datang kesana. beruntunglah ada ibu-ibu peri tak bersayap tak bertongkat sihir yang naik uber dan KRL menempuh lautan massa, yang bersedia saya repotkan. Makasih banyak buat Ren Puspita dan Cypress Ruby.

[caption id="attachment_920" align="alignleft" width="300"]IMG_20160525_085115 Private: India, Invisible dan Private: Down Under[/caption]

Titipan yang didapat Ren waktu itu, beruntung berdasar wishlist yang sudah aku buat sebelumnya, aku pikirkan matang-matang setengah gosong, sambil bertapa dan memilah mana yang saya butuhkan lebih dulu dan yang bisa dibeli lain kali. Tapi, alhasil mendapatkan judul buku yang sedikit, wishlist saya pun ternyata sama panjangnya dengan yang sebelumnya alias tidak ada gunanya. hahaha...

James Patterson adalah penulis yang berada dalam wishlist tetap saya. Makanya, saat dikabari bahwa ada dua buku (Private: India dan Private: Down Under) yang dipamerkan (dan dijual tentu saja) makanya tanpa pikir panjang (meski pada kenyataannya impulse neuron menempuh perjalanan panjang) untuk mengatakan iya. Invisible juga kebetulan muncul di foto yang dikirimkan dan langsung semangat untuk berkata iya. :))

[caption id="attachment_927" align="alignright" width="300"]IMG_20160525_090318 The Watersong #3: Tidal dan #4: Elegy[/caption]

Buku selanjutnya adalah Tidal dan Elegy karya Amanda Hocking. Buku yang berkisah tentang kehidupan Syren (bukan Si Ren). Memasukkan buku ini ke wishlist adalah sebuah keterpaksaan. Saya mendapatkan buku #1 Wake dan #2 Lullaby dengan harga yang lebih murah. Hasil berbelanja di Peri+ di bagian bargain book #tetep. karena buku satu dan dua dari seri The Watersong ini sudah ditangan, maka saya putuskan untuk mencoba peruntungan dengan memasukkan buku lanjutannya di wishlist saya. Tanpa harapan sama sekali, dan ketika ada kabar bahwa buku tersebut ada. Cerahlah hari saya, tidak perlu lagi berburu lagi dari website ke website (karena mustahil mendapatkan buku ini di toko buku yang ada di kotaku tertjintah).

Oke... lanjut!! >.<

Buku selanjutnya..

[gallery ids="931,915,913,918" columns="4" size="large"]

Sand karya Hugh Howey. Buku, seperti halnya Wool yang merupakan omnibus dan sudah diterbitkan di Indonesia, entah untuk buku akan diterbitkan atau tidak. Saya sendiri tidak menyadari adanya buku ini ada di tumpukan foto yang diambil dan dikirim Cypress Ruby saat berada di TKP, saat itulah (drum roll please....) Mas Puji datang bercelana boxer dengan cilok dan kopinya, menyelamatkan keadaan dan saya pun memutuskan untuk turut membelinya juga. :D

Unsouled karya Neil Shusterman. Buku ketiga dari seri Unwind. Buku yang nggak terbersit untuk dibeli. Niat itu muncul ketika foto itu muncul. Kebetulan Unwind sendiri sudah dibaca sejak beberapa tahun yang lalu..tahun yang lalu... tahun yang lalu... (echo) dan Unwholly yang baru terbit beberapa minggu yang lalu...minggu yang lalu...minggu yang lalu...(masih dengan efek echo) yang bahkan belum tersentuh....dan entah Undivided kapan munculnya...(atau semua itu imaji semata).

The Creeps (Samuel Johnson vs. The Devils #3). Ini Racun!! Racun yang ditebarkan para penghuni group...hahahaha...sebenarnya buku satupun masih dalam kondisi segel. Seperti baru, buku kedua dapat murah di bargain booknya Peri+ meskipun versi yang berbeda (dan judul yang berbeda, Hell's Bell) dan karena itulah saya meminta tolong untuk memasukkan buku ini ke keranjang belanjaan.

Starring Tracy Beaker dan Biscuit Barrel, Jacqualine Wilson. Tentu saja, seperti buku lainnya untuk menambah koleksi Jacqualine Wilson saya yang entah sudah dapat berapa banyak (atau dobel) karena dia salah satu penulis yang bukunya saya kumpulkan tapi belum sempat untuk mendata. :D Waktu itu ada boxsetnya juga yang berisi sekitar 10 judul. Tapi karena beberapa judul sudah diterjemahkan dan sudah punya, makanya saya beli yang lepasan saja. (Alasan sempurna untuk berbohong dan berkata kalau duit sudah mepet)

IMG_20160525_084010

Fantasy & Science Fiction, Volume Two.

Pertama kali lihat, di timeline Mbak Truly yang LPM hasil jarahannya ketika datang kesana.

Sambil menyikat dan mengepel lantai yang banjir dengan iler berkepanjangan, saya pun memasukkan buku ini ke daftar titipan meski hanya satu nama yang saya kenal disana, Stephen King, mudah-mudahan buku ini tidak meracuni saya untuk membaca karya penulis lainnya yang ada disini. Sayangnya, hanya ada buku keduanya. Semua sesuai dengan takdir Tuhan. Mungkin saya belum berjodoh dengan buku pertamanya.

[gallery ids="932,926,919,916,914" type="slideshow"]

The First Dragon karya James A. Owen. Buku yang katanya tinggal satu ini masuk ke dalam wishlist abadi saya. Buku pertamanya sendiri sudah terbit di Indonesia. Here, There Be Dragons  diterbitkan oleh Penerbit Matahati sebelum mereka meninggalkan dunia penerbitan Indonesia. The First Dragon merupakan buku ke-tujuh dalam seri The Chronicles of Imaginarium Geographica, dan merupakan buku pamungkas seri tersebut. Selain buku ini, kebetulan saya juga mempunyai buku #3 The Indigo King dan The Shadow Dragons #4 yang saya beli di Yusuf Agency, Yogyakarta seharga Rp30.000,- per buku. Used, but worthed it. Dan dengan semua itu pencarian saya masih berlanjut untuk mendapatkan 3 buku lainnya #2 The Search for the Red Dragon, #5 The Dragon's Apprentice, dan #6 The Dragons of Winter. Oleh karena itu, doakan saya yaaa..... (a la pemain Benten Takeshi)

Michael Vey karya Richard Paul Evans. Satu buku yang berisi dua volume sekaligus, The Prisoner of Cell 25 (#1) dan Rise of the Elgen (#2). Siapa yang bisa menolak dua buku dengan satu harga, atau setidaknya bukan saya :) Berkisah tentang seorang anak pengidap Tourette's syndrome yang ternyata memiliki kekuatan yang luar biasa.

The Bane Chronicles adalah buku yang masuk mendadak di wishlist saya. Kebetulan saya mempunyai TMI dan TID, dan sebagai salah satu penggemar seri ini. Kurang lengkap rasanya kalau tidak membeli buku ini, buku yang masuk ke Indonesia dengan harga yang lebih murah dari buku terjemahan sekarang ini. Sebelumnya tidak terpikir untuk membeli buku ini, dan bahkan tidak tahu. Tapi sifat kepo-akut saya yang suka menjelajahi tautan referensi yang ada di sebuah halaman, dari website BBW akhirnya membawa saya ke website sponsor event ini yang notabene adalah toko buku online yang berada di Malaysia sana dan menemukan buku ini terpampang disana bersama-sama dengan First Dragon dan Michael Vey di atas.

The Song of the Quarkbeast karya Jasper Fforde. Buku pertamanya sendiri sudah diterbitkan di Indonesia dan kebetulan saya suka sama ceritanya yang ringan dan beberapa nilai moral yang ditanamkan. Tetapi saat saya bertanya kapan buku selanjutnya dan mendapat jawaban "diamati" saat itulah saya berjanji pada diri saya sendiri akan mencari buku selanjutnya. XD

The Gift karya James Patterson. Alasannya sederhana, di rak buku saya yang ada massproduct dan yang ini kebetulan hardcopy. sesederhana itu alasan saya untuk membeli buku dari penulis favorit saya.

[gallery ids="917,923" type="circle" columns="2" link="file"]

The Well of Ascension (Mistborn #2), The Hero of Ages (Mistborn #3) dan A Memory of Light (The Wheel of Time #14) merupakan tiga karya yang ditulis oleh Brandon Sanderson. Istri mendiang penulis The Wheel of Time, Harriet McDougal sekaligus editornya dan Tom Doherty, menunjuk Brandon Sanderson (Penulis Elantris dan Mistborn) melalui TOR untuk melanjutkan kisah yang ditulis oleh Robert Jordan yang meninggal pada saat penulisan buku kedua belas seri ini sekaligus buku terakhir. Akan Tetapi, dengan material yang ditinggalkan oleh Robert Jordan akhirnya mereka memutuskan untuk membagi tiga cerita tersebut dan kesemuanya akan diberi judul yang sama, A Memory of Light. Kemudian rencana itupun dibatalkan dan mereka memutuskan untuk memberikan judul yang berbeda untuk tiga buku terakhirnya, yaitu: The Gathering Storm (terbit 27 Oktober 2009), Towers of Midnight (terbit 2 November 2010), and A Memory of Light (terbit 8 Januari 2013).

Mistborn sendiri sebenarnya trilogi dari trilogi. Trilogi Pertama yaitu The Final Empire, The Well of Ascension dan The Ages of Hero. Seri Wax and Wayne sendiri merupakan kisah transisi dari trilogi pertama ke trilogi kedua. Berikut kutipan dari wikipedia (dalam bahasa inggris)
The original trilogy is the first in what Sanderson calls a "trilogy of trilogies." The original second trilogy was to be set in an urban setting, featuring modern technology, and the third trilogy was to be a science fiction series, set in the far future. Mistborn: The Alloy of Law was set to be a transitional book between the original trilogy and the second trilogy. However, it turned into a fourth series, this time of four books. Sanderson's announcement on August 1, 2012 to write a sequel to Mistborn: The Alloy of Law, titled Mistborn: Shadows of Self, published October 6, 2015, meant Mistborn: The Alloy of Law would not stay a stand-alone novel. However, the series will not take the place of the originally-planned second Mistborn trilogy, but will instead become a spinoff series, with a third book confirmed as Mistborn: The Bands of Mourning and the fourth book under the working title of Mistborn: The Lost Metal.

There is not a scheduled release date for the contemporary trilogy or the science fiction trilogy.

 (Aoyama Gosho dapat saingan sepertinya)

Lanjut lagiiiiii............................

[gallery ids="912,925,911,910" type="columns"]

Henderson's Boys: One Shot Kill, Secret Army dan Grey Wolves karya Robert Muchamore. Buku yang saya titip dadakan ketika melihat judul tersebut dari foto yang dikirim. Buku yang akan saya gunakan untuk menemani The Escape dari seri yang sama, yang lagi-lagi saya beli di bargain book-nya Peri+. Lumayan bisa mencoret tiga dari enam judul yang kurang.

Artemis Fowl and the Last Guardian karya Eoin Colfer. No Reason. Karena penerbit yang menerbitkan seri ini di Indonesia tidak jelas apakah akan meneruskan seri ini atau tidak. Semua masih dalam terawangan, sepertinya.

Earthfall karya Mark Walden. Ini Racun!!! Salahkan Cypress Ruby yang dengan sengaja memamerkan buku ini kepada saya dan dengan sengaja membawanya dengan caption "bawa sajalah siapa tahu berubah pikiran" kata suara hatinya. Buku Mark Walden sendiri yang sudah terbit di Indonesia adalah H.I.V.E. #1-#3. Buku yang berhasil membuat saya terkatung-katung. Baik dari segi cerita dan dari segi harapan saya sebagai pembaca yang terpesona dengan ceritanya. Karena alasan itulah dan informasi dari Goodreads bahwa buku ini buku pertama. Akhirnya racun itu berhasil menginduksi otak saya untuk menyerah kalah. Untuk buku keduanya sendiri sudah terbit dengan judul Retribution pada tahun 2014 dan buku ketiganya yang diharapkan akan terbit pada tahun 2017

Speaker of the Dead, Children of the Mind dan Xenocide karya Orson Scott Card. Jujur, pada waktu IBF kemarin saya melihat Rifda Jilan Sy dan Gita Savitri Putri 'memberitahukan' bahwa mereka membeli buku ini, saya agak sedikit iri XD (Tidak pernah bilang sama mereka..dan disini saya tulis). Buku yang merupakan kelanjutan dari Ender's Game yang sudah dibuat filmnya dan membuat saya penasaran akan kelanjutan kisah perjalanan Ender, meskipun hasil 'penggalian' ilegal membuat saya memiliki ebook dan audiobook-nya, dan sampai sekarang belum saya jamah karena saya tetap lebih memilih untuk memegang buku secara langsung.

Alex Rider series karya Anthony Horowitz yang terdiri dari:

Seri ini sudah lama menjadi incaran. Kebetulan di BookBos sebuah penjual buku bekas yang menitipkan bukunya di beberapa tempat. Saya sering menjumpai seri ini, saya pegang dan saya kumpulkan, meskipun pada akhirnya saya kembalikan karena yang ada dalam benak saya bahwa akan sulit untuk melengkapi seri ini. Tampak seperti hal yang mustahil kan? Saya mengembalikan buku yang sudah dipegang, dikumpulkan (waktu itu hanya ada 4 judul) dan kemudian dikembalikan lagi ketempatnya XD. Tapi, beruntunglah saya, tak disangka saya menemukan buku ini di BBW. Kala itu, kurang buku #1, #4 dan #9. Sedikit sedih karena nasibnya bakalan sama saja, yaitu mencari sisanya di toko buku. Apalagi kali pertama saya dikirimi foto titipan tampak punggung bukunya yang membentuk judul seri ini, kalau saya salah beli versi buku ini. sudah pasti hal itu hanyalah mimpi. Tak disangka Si Adik mengajaknya balik ke BBW untuk beli buku (yang ternyata malah tidak ada) dan di waktu itulah Peri tak bersayap tak bertongkat tapi berkartu kredit itu menemukan tiga buku lainnya......dan buku lainnya juga. Saya terharu... Terima kasih, Mamak.




Oke...saya sudah lama jadi tukang titip ke orang lain, dan beruntung pada masih baik sama saya :D

Menitippun buat saya pribadi ada etikanya buat saya. (Mereka = yang dititipi)

  1. Jangan pernah memaksa mereka mencarikan buku yang kamu mau dan HARUS dapat hanya karena kamu melihat buku itu di foto yang tersebar ditempat lain.

  2. Jangan sampai membuat mereka balik, ketempat yang terlewat dan mengambilkan buku tersebut. Kalo eventnya skala kecil sih ga papa (kayaknya), jangan menyuruh tapi bertanyalah apakah mereka yang di TKP akan balik ke tempat tadi. kalo mereka 'iya', baru boleh bilang apa maksudmu. Tapi kalo mereka bilang 'tidak', itu nasib kita kawan. Jangan dipaksa mereka harus balik, emangnya kita ini siapa... kita itu cuman orang yang kebetulan tidak bisa datang/ malas bagi sebagian orang yang meminta tolong pada orang lain. Kalau ditolak ya, terima aja.

  3. SEGERA BAYAR. Meskipun ga ditagih sekalipun, kalo perlu bayar dimuka (jangan di muka beneran tapi). Mereka bukan tempat pinjam meminjam uang, meskipun bilang nanti pun, kita sendiri harus tanya bisa dibayar kapan tapi jangan sampai mengganggu mereka dengan tanyain totalan tiap jam tiap waktu. Kalian bukan debt collector.

  4. Setelah bayarpun, mereka jangan dicecar dengen pertanyaan "Kapan kirim?", " Udah dibungkus belum?" dll. apalagi kalo intensitasnya ngalahin orang bernafas. Kalian kira mereka itu ga punya urusan apa. Cuman ngurusin titipan kita. Mereka juga butuh refreshing, butuh kerja, menghibur diri, makan dll. Jangan kebangetan deh...udah syukur mereka mau dititipin. Untuk ini saya butuh kaca kayaknya. Dari yang dijanjiin akhir bulan ini atau awal bulan depan akhirnya dikirim Jumat (20062016) kemaren hanya karena ga sabar nyusun Alex Rdernya.. dari yang mau dikirim separo akhirnya dikirim semua sekaligus...wahahaha....

  5. Kalo nitip kira-kira, ya. Jangan kayak saya. Nitipnya sampai kurang ajar...syukur deh titipan saya 11-12 dengan yang saya titipi , jadi nggak terlalu malu. Coba kalo ternyata mereka kesana cuman buat nyariin titipan kita. Eh, tapi ada ding...hahaha..aku sendiri sudah seneng hanya dengan beli buku meski bukan buat sendiri. XD

  6. Fokus, tentukan tujuan. lagi-lagi... jangan seperti saya--- yang tergoda dengan setiap ada foto muncul. Sampai-sampai malu sendiri mau bilang 'nitip itu', 'yang itu masukin keranjang ya', ' mau dong satu', dll.


Gitu dulu... abaikan typo, besok dicek ulag dan dipercantik sana sini meski ga ada yang baca.

Monday, May 16, 2016

The Immortals of Meluha

image


The Immortals of Meluha by Amish Tripathi

Translator: Nur Aini
Editor: Agus Hadiyono
Paperback: 586 pages
Published: June 2013 by Mizan Fantasi
Original title: The Immortals of Meluha
ISBN13: 9789794337387
Language: Indonesian
Series: Shiva Trilogy #1
Setting: Meluha, Lembah Indus

Sebuah cerita tentang legenda manusia yang akan membawa perubahan, kebenaran dan kemenangan di dunia Meluha. Cerita perjalanan menuju sebuah kesejahteraan dan kedamaian sejati.

Suryavanshi dan Chandravanshi adalah dua kelompok yang bertempat tinggal di tempat yang berbeda dan mempunyai pedoman hidup yang berbeda. Bersinggungan satu sama lain dengan prinsip hidup masing-masing yang saling bertolak belakang sehingga menimbulkan perpecahan dalam dunia Meluha.

Akan tetapi ada sebuah legenda kuno yang mengatakan bahwa “ketika kejahatan mencapai puncaknya, dan semua tampak telah hilang, saat musuhmu terlihat telah mencapai titik kemenangannya, seorang pahlawan akan muncul.”

Shiva, sosok manusia biasa yang menjalani kehidupan dengan sederhana dalam kesehariannya sampai suatu ketika muncul tanda bahwa dia-lah yang disebut dalam legenda tersebut. Tapi, apakah dia benar-benar manusia yang disebut-sebut dalam legenda itu? Apakah dia bisa menjalankan tugas barunya sebagai pahlawan yang ditunggu-tunggu? Apakah legenda itu akan menjadi kenyataan? Apakah dia berhasil membawa suryavanshi ke gerbang kemenangan dan mencapai puncak kejayaan? Apakah dia akan berhasil membawa perubahan? atau malah kehancuran?




Sebuah buku yang menarik, menggabungkan antara fakta dan fantasi penulisnya karena mengambil penokohan yang sangat jarang digunakan yaitu dewa dalam kehidupan India (lebih tepatnya agama Hindu) dengan setting tempat di Meluhha (yang terletak di India Barat dan Pakistan) dengan latar belakang peradaban Lembah Indus lengkap dengan Sungai Sarasvati kuno yang pernah mengalir disana. Dan tentu saja karena disanalah dipercaya sebagai tempat akar dari agama Hindu.

Karakter utama yang dihidupkan oleh penulis dalam buku inipun sangat kuat dan menonjol. Shiva misalnya, seorang yang bijak (dan tidak bisa dibilang muda), penuh dengan filosofi hidup, dengan pemikirannya yang bebas dari aturan yang ada dan berlaku kemanapun dia pergi (yang menurut saya cenderung suka seenaknya sendiri – in a good way, of course). Meskipun ada pula beberapa karakter yang tidak diceritakan dengan jelas pula dikarenakan mereka hanya sebagai tokoh tambahan dalam cerita. Naga contohnya, manusia yang mempunyai keyakinannya sendiri dan melakukan perburuan manusia dengan kepala yang digunakan sebagai simbol kemenangan.

Akan tetapi, dikarenakan disini penulis mengambil seorang/ lebih tokoh dari salah satu agama, penulis terkesan sangat berhati-hati agar tidak melanggar batasan yang ada sehingga tidak menimbulkan konflik. Jadi, jangan heran kalau banyak tulisan yang berisi tentang hal baik (hampir keseluruhan). Jadi menurut saya, penulis seolah dikekang oleh keadaan dan tidak bisa berimajinasi secara luas.

Sebenarnya, konsep buku ini bisa dibilang membosankan karena sudah terlalu banyak buku dengan konsep cerita yang sama. Kisah perjalanan hidup seorang manusia biasa, yang kemudian mencapai puncak kedudukan dikarenakan kekuatan yang dimilikinya atau hal yang dia lakukan, kisah yang sangat sederhana dan umum. Karena sejauh yang saya tahu, semua kisah kepahlawanan memiliki konsep yang sama dan percaya atau tidak, saya teringat Cinderella (dengan sepatu kacanya yang tertinggal) saat membaca adegan Shiva mendapatkan tanda bahwa dialah yang dimaksud dalam legenda kuno yang ada di peradaban tersebut. Akan tetapi alur dan ceritanya-lah yang menjadi daya tarik utama buku ini untuk dibaca dan diikuti. Berbeda dengan yang kebanyakan ada di pasaran saat ini (vampire, penyihir, werewolf, supernatural-thing, zombie dsj).

Terlepas dari masalah diatas, penceritaan disusun rapi dan terstruktur dengan baik dikarenakan hanya menggunakan satu sudut pandang. Mempermudah pembaca untuk berimajinasi dan ‘jatuh’ lebih dalam ke dunia yang ada. Bahasa ringan dan kata-kata sederhana (cenderung lembut tapi tegas dan entah apakah ini efek dari proses terjemahanan) yang digunakan dalam hal penarasian cerita maupun dialog juga turut andil dalam pembentukkan dunia dan atmosfer yang cukup kuat dalam buku ini. Banyaknya istilah Sansekerta pun tidak menghalangi untuk menikmati buku ini karena banyaknya kata-kata serapan dari bahasa tersebut yang kita gunakan dalam keseharian (setidaknya saya yang berasal dari Jawa). Tapi untuk mereka yang kurang mengertipun (ternyata) ada halaman glosarium di bagian belakang buku ini.

Salah satu nilai tambah adalah buku ini sarat dengan nilai-nilai moral yang hampir terlupakan di era modern dan di kala penulis lain berlomba-lomba untuk menulis cerita yang mengikuti minat pasar, buku ini berhasil 'melenceng' dari jalur yang ada dengan menyiratkan sebanyak mungkin pesan moral dalam ceritanya dan hal tersebut berhasil memikat (setidaknya) saya tanpa melupakan bahwa buku ini dibuat untuk dikomersilkan (dan lagi-lagi apakah ini dikarenakan takut merusak pencitraan tokoh utama dan menimbulkan konflik). Pesan moral disampaikan dengan bahasa yang apik dan dikiaskan sedemikian rupa sehingga kita tak menyadari bahwa kita telah membaca sebuah cerita yang penuh dengan bahan pembelajaran hidup.

Dan karena buku ini menggunakan budaya India pada umumnya dan Agama Hindu pada khususnya. Saya rasa, buku ini turut memperkenalkan apa saja yang ada disana dan apa yang terjadi disana. Sehingga tidak hanya cerita saja yang kita dapat akan tetapi sedikit adat yang ada seperti pengasingan anak (yang sekarangpun masih banyak terjadi - pembunuhan anak perempuan lebih tepatnya), tarian, adat istiadat yang menjadi akar masyarakat India (dan sekitarnya) di jaman sekarang, pengucilan orang-orang yang (dianggap) melakukan dosa.

Konflik yang terjadi adalah permasalahan yang sudah lama terjadi dan saya yakini menjadi alasan terjadinya perang dan perpecahan di dunia ini (bukan hanya dalam buku, akan tetapi di dunia nyata juga) yaitu karena adanya perbedaan pendapat dan kesemua pihak merasa bahwa merekalah yang benar (atau setidaknya mereka yakin bahwa mereka benar). Konflik yang dialami antara Suryavanshi dan Chandravanshi-pun (dan satu kelompok lagi yang belum banyak diceritakan - Naga) juga terjadi karena hal yang sama, dikarenakan cara pandang yang berbeda tentang hidup dan cara menjalankan kehidupan itu, setidaknya masalah itulah perbedaan yang sangat kental terlihat. Tapi entah permasalahan apa yang akan terjadi sebagai bahan tambahan penyemangat seri ini selain perjalanan Shiva itu sendiri, sampai saat ini belum terlalu jelas.

Untuk masalah pemilihan adegan pun cukup proporsional dan tidak terlalu memihak ke satu sisi sehingga tetap menjaga buku ini di alurnya berkenaan dengan perjalanan Shiva dalam mencari kebenaran dan memenuhi apa yang Suryavanshi (dan Chandravanshi) yakini bahwa dia adalah Sang Neelkanth. Adegan pembunuhan dalam peperangan yang sedikit sadis (menurut imajinasi saya pribadi), perayaan pernikahan, menari adalah sedikit dari contoh yang tergambar dengan jelas dalam pikiran saya. Entah itu murni karena buku ini atau karena ingatan saya akan kisah Mahabharata dan Ramayana yang saya ikuti saat masih kecil.

Untuk desain sampul (asli maupun terjemahan) saya rasa cukup adil karena meski digolongkan ke genre fiksi fantasi, buku ini terlalu kelam dan sedikit berat karena berkaitan dengan sejarah/ peristiwa/ kepercayaan/ agama dan ceritanya pun (buat saya) tidak sepenuhnya fantasi karena ada beberapa bagian yang benar adanya dan tidak dibuat-buat. Pemilihan warna yang cenderung gelap mendukung pencitraan buku dan trisula mempertegas siapa Shiva itu sebenarnya.




Saat pertama kali mengetahui bahwa buku ini berasal dari India saya merasa buku ini tidak termasuk dalam lingkup bacaan saya dan saya terlalu meremehkannya karena di pikiran saya dan dalam bayangan saya India terlalu identik dengan tarian, lagu, adegan lari-larian dalam hujan, polisi kesiangan, tuan tanah yang jahat dsj (efek terlalu banyak nonton film India – mungkin). Dan saya membeli hanya karena buku ini diterjemahkan oleh penerjemah favorit saya (alasan yang sulit diterima oleh akal kayaknya).

Buku ini juga memainkan emosi saya, membawa saya naik turun sembari menikmati cerita yang ada dan mengajarkan kepada saya, apa yang selama ini luput dari akal. Sebuah bahan instropeksi yang bagus untuk kehidupan bersosial.

Tulisan ini saya buat terlepas dari seberapa tuanya karakter (dan jujur saya tidak pernah memikirkan hal ini) dan hanya berdasar pemikiran saya dan apa yang saya baca.

Original Cover



The Immortals of Meluha on wiki
The Immortals of Meluha on GR
Amish' Official Site (Meluha Author)
Amish on wiki (Meluha Author)

The Fault in our Stars

image


Paperback: 422 pages
Published: December 2012 oleh Qanita (first published January 1st 2012)
Original title: The Fault in Our Stars
ISBN13: 9786029225587
Bahasa: Indonesia
URL:  kaifa.mizan.com
Karakter:  Hazel Grace Lancaster, Augustus Waters
Setting: Indianapolis, Indiana (United States)
Literary awards
Odyssey Award (2013), ALA Teens' Top Ten Nominee (2012), Indies Choice Book Award for Young Adult (2013), Deutscher Jugendliteraturpreis Nominee for Preis der Jugendjury (2013), Dioraphte Jongerenliteratuurprijs (2013) The Inky Awards for Silver Inky (2012), Abraham Lincoln Award Nominee (2014), Goodreads Choice for Best Young Adult Fiction (2012)




Pertama....*ambil nafas*...

Saya akui saya bukan penggemar genre ini. Akan tetapi harus saya akui kalau buku ini benar-benar bagus. Saya tidak menyangka akan jatuh cinta pada cerita yang ada dibuku ini apalagi dengan genre yang diluar minat saya dan bahkan saya hindari.... pada awalnya.

Kenapa? alasannya sepele.... karena saya mendapati tulisan 'Romance' di sampul buku ini... yang jujur saja buat saya (maaf nih) label tersebut salah karena buku ini lebih menitik beratkan kepada drama kehidupan dibandingkan dengan kisah cinta (yah...meski kisah cinta yang ada juga banyak akan tetapi itu juga merupakan bagian dari drama yang ada). Dan karena alasan itu tadi saya hanya melihat buku ini saat ada di rak toko buku yang saya kunjungi meskipun hati sebenarnya ingin membeli. Dan beruntunglah saya diberi buku ini oleh penerbit sebagai tanda terima kasih atas partisipasi dalam mengikuti ajang lain. Salah! Sebenarnya sayalah yang harus banyak berterima kasih kepada penerbit karena memberikan kesempatan pada saya dan gratis untuk membaca buku ini.

(maaf curcolnya kepanjangan)




Bercerita tentang sebuah kisah kehidupan remaja berusia 16 tahun yang bernama Hazel Grace pengidap kanker. Sebuah kisah sederhana dengan mengeksploitasi kisah seorang pengidap kanker? Iya. Akan tetapi kisah yang terjadi tidak sesederhana itu.

Buku ini berkisah tentang perjuangan hidup seorang remaja yang tegar dan gigih dalam menjalankan kehidupannya. Menganggap bahwa dia hanyalah remaja biasa yang tidak mempunyai 'keistimewaan' dan hanya ingin menjalankan hidupnya dengan normal, disaat orang lain khawatir dan cemas akan keadaannya. Semangat hidupnya yang besar tidak sebesar kekuatan tubuhnya untuk hidup. Yang tidak suka mendatangi Support Group (yang diterjemahkan sebagai 'Kelompok Pendukung" yang buat saya pribadi lebih ke "Kelompok Penyemangat" berdasar atas tujuan kelompok tersebut) dimana orang-orang yang mengalami kasus/ kisah serupa berkumpul, bercerita dan saling menyemangati satu sama lain untuk menghadapi permasalahan tersebut.

Waktu pertama kali saya membaca beberapa halaman awal buku ini. Pikiran saya langsung teringat dengan kisah perjuangan anak kecil yang mengalami kesulitan dalam bernafas dan harus membawa tabung oksigen kemanapun dia pergi (meskipun dalam kasus ini dia dibantu oleh anjingnya, Mr. Gibbs).


Kembali ke buku.

Kisah perjuangan Hazel tidak hanya berhenti disitu saja. Berlanjut keinginannya untuk mengetahui kelanjutan cerita buku kesukaannya, perjalanan yang harus dilaluinya dan peristiwa-peristiwa yang dialaminya menjadi kisah yang menarik untuk selalu diikuti. Belum lagi kisah cintanya yang tumbuh seiring dengan berjalannya waktu menjadi 'bumbu' tersendiri dalam buku ini.

Kadang saya meragukan buku ini...apakah buku ini benar-benar buku fiksi karena hal-hal yang terjadi didalamnya terasa begitu nyata setidaknya untuk saya. Memainkan emosi saya naik turun, di satu bagian buku ini bisa membuat saya tersenyum dan tertawa karena dialog yang ada didalamnya dan ada saat dimana emosi saya dibawa turun sampai ke dasar (harus saya akui kalau saya hampir menangis sedih) di bagian lain. Terasa tidak asing? Yah, karena itulah hidup, yang saya yakin kita juga mengalami hal yang serupa karena itulah terasa nyata.

Dan dari buku ini pula mengingatkan saya kembali bahwa 'Jangan hanya melihat keatas, akan tetapi lihatlah kebawah'.

Cukup untuk kisah yang ada dibuku ini karena ketakutan saya untuk mengurangi kenikmatan kalian yang belum membaca buku ini.

Untuk desain sampul sendiri, saya agak keberatan dengan adanya gambar anak kecil, rumah dan segala hal yang ada dibagian bawah (yang berwarna kuning) pada sampul buku terjemahan ini. Karena terkesan (maaf) kekanakan meski saya akui sampul ini eye-catching sekali dengan komposisi warnanya dan mencerminkan sifat tokoh utamanya. :D

Grafis yang ada di halaman dalam buku ini....ehm... buat saya agak menganggu konsentrasi (saya bilang 'agak' lho) bukan karena gambarnya (meski agak ilfil juga liat banyak gambar hati disana...kenapa nggak bintang-bintang aja) tapi ketika gambarnya menumpuk sama sedikit hurufnya, jadi harus memposisikan secara pas tulisan sama mata.

Buku ini juga mengalir begitu saja, Alur ceritanya yang asyik untuk diikuti, penokohan dan penggambaran karakter yang kuat dan jelas.

Kutipan favoritku di buku ini:
"Akan tiba saatnya, ketika semua mati. Kita semua. Akan tiba saatnya ketika tidak ada lagi umat manusia yang tersisa untuk mengingat bahwa manusia pernah ada atau spesies kita pernah melakukan sesuatu. Tidak akan ada siapa pun yang tersisa untuk mengingat Aristoteles atau Cleopatra, apalagi mengingatmu. Semua yang kita lakukan, dirikan, tuliskan, pikirkan, dan temukan akan terlupakan," hal. 22

Entah kenapa... waktu baca tulisan itu (dan mengetiknya di blog ini) saya merasa bahwa meski tulisan itu terkesan bahwa semua usaha saya akan sia-sia tapi bagi saya pribadi kalimat tersebut sebagai cambukan bahwa "aku harus melakukan semaksimal tenaga dan kemampuanku supaya aku tidak mudah untuk dilupakan (in a good way of course)".

Sebuah akhir yang indah untuk kisah yang indah.




Trivia:

Enchilada
adalah makanan utama di kawasan Meksiko. Makanan ini terdiri dari tortilla yang diisi lalu digulung, setelah itu diberi saus cabai. Enchilada dapat diisi apa saja, termasuk daging, keju, kentang, sayuran, makanan laut atau campuran. Source: Wikipedia

 



 

Tortilla
adalah sejenis flatbread yang biasanya terbuat dari gandum. Flatbread adalah roti sederhana yang terbuat dari tepung, air dan garam yang kemudian dipipihkan. Source: Wikipedia

 

 



 

V for Vendetta
adalah film tahun 2006 yang ceritanya diadaptasi dari sebuah novel grafis berjudul V for Vendetta karya Alan Moore dan David Lloyd, yang menceritakan tentang seseorang yang berinisial "V" yang berjuang untuk menghacurkan rezim pemerintahan otoriter di Inggris. Source: Wikipedia

 

 

BiPAP (Bilevel Positive Airway Pressure)
digunakan pada saat membutuhkan tenaga pendukung untuk memompa udara pada saluran pernafasan saat menghirup udara. Indikasinya adalah kita sulit untuk menghirup udara saat bernafas. Termasuk pneumonia, chronic obstructive pulmonary disease, asthma dan status asthmaticus.

Source: Wikipedia

Other :
The Fault in our Stars Movie @ IMDB
The Fault in our Stars @ Wikipedia
The Fault in ur Stars, The Metatext  (Serba-serbi yang ada dibuku ini. :D )
John Green (Author)

Original Cover:


Other Editions :

Ice Shock (Joshua Files #2)


Paperback: 368 pages
Published: 21 Desember 2010 oleh ramedia Pustaka Utama (Pertama kali terbit Maret 2009)
Judul: Ice Shock (Joshua Files)
ISBN13: 9789792264944
Bahasa: Indonesia
URL: http://www.thejoshuafiles.com




... dan petualangan pun berlanjut..

Buku kedua dari dari lima buku The Joshua Files, sebuah karya yang lahir dari tangan  M. G. Harris.

Berawal dari misteri kartu pos yang Josh terima, tanpa nama pengirim atau alamat... Yang ada hanyalah informasi dari mana kartu pos itu dikirimkan...

Konflik yang terjadi masih berkenaan dengan Ek Naab dan berbagai seluk beluknya. Musuhnya yang kembali yang ternyata menjadi salah satu bagian dari organisasi yang lebih besar, melebihi apa yang diperkirakannya. Pengkhianatan yang terjadi dan peristiwa yang hampir saja menewaskannya masih menjadi cerita utama buku ini. Sebenarnya, siapakah pengirim kartu-kartu itu dan apa tujuannya? Peristiwa apalagi yang akan dialami Josh dalam buku ini? Dan apakah perjalanannya dalam mencari ayahnya menemukan titik terang?




Buku ini dibuka dengan sangat bagus, konflik yang terjadi membuat saya menahan nafas beberapa kali karena ceritanya yang sangat menegangkan. Kenyataan bahwa ada orang yang memata-matai dirinya menimbulkan kecurigaan tokoh utama (dan juga saya) pada orang-orang disekelilingnya.

Dan ceritapun berlanjut ke saat dimana saya diberi waktu untuk bernafas dan bersantai sejenak dengan cerita ringan (meskipun masih membuat jantung berdegup kencang), perjalanan tokoh utama dengan teman baru (yang sebelumnya sudah ditemuinya di buku pertama) melawan maut dan berjuang untuk hidup sebagai pemanasan untuk hal yang akan terjadi di akhir buku ini.

Akhirnya, terkuak siapa pengirim kartu pos itu dan apa tujuannya dibagian akhir buku ini. Kejutan yang terjadi dibuku ini membuat saya tersenyum dan marah serta sedih disaat yang bersamaan.




Masih ditulis dengan gaya bahasa yang menarik dan ringan untuk diikuti dan dibaca sampai selesai, tokoh utama yang masih berusia 14 tahun pun saya hiraukan supaya tidak mengganggu imajinasi saya karena usianya yang masih terlalu muda buat saya untuk mengalami pengalaman-pengalaman itu. Tidak masuk diakal.

Cerita yang mengalir bagai 'kebetulan' semata atau yang lebih mereka percayai sebagai takdir juga berbicara di buku ini. Yah, saya pribadi menganggap apa yang terjadi adalah sebuah 'kebetulan' yang 'kebetulan' terjadi.

Desain sampul yang masih mempertahankan gaya lama. Sebuah gambar peradaban Maya (saya kira) dengan lubang huruf 'J' didepannya yang memberikan nilai tambah tersendiri untuk buku ini. meski jujur saja agak sedikit menganggu saat buku ini dipegang :D




Trivia:

Veracruz

merupakan sebuah negara bagian di Meksiko yang memiliki luas wilayah 71.699 km² dan populasi 7.110.214 jiwa (2005). Ibu kotanya ialah Xalapa. Source: Wikipedia


Blue in Green

adalah lagu ketiga pada Miles Davis album Kind of Blue (1959).


Lirik



Hues of blues and greens surround me
Knowing you have found another love
Has turned me world to sorrow


Green with envy for another
Fearing she may be the one to soar
Through life with you, can't lose these


Hues of blues in green





Original Cover:


Zero Moment (Joshua Files #3)



Paperback: 368 pages
Published: Oktober 2011 oleh Gramedia Pustaka Utama (Pertama kali terbit Februari 2010)
Judul: Zero Moment (Joshua Files)
ISBN13: 9789792276886
Bahasa: Indonesia
URL: http://www.thejoshuafiles.com




... dan petualangan pun berlanjut..

Buku ketiga dari dari lima buku The Joshua Files, sebuah karya yang lahir dari tangan  M. G. Harris.

Setelah Josh mengalami peristiwa-peristiwa yang hampir merengut nyawanya, masalah pun tidak berhenti datang begitu saja. Joshua harus tetap menjalani takdirnya sebagai Bakab Ix dan menyelesaikan permasalahan yang timbul berkenaan dengan statusnya tersebut.

Setelah mengetahui apa yang dialami oleh ayahnya, dia masih berharap untuk bisa mengubah segala hal yang terjadi. Berawal dari tekadnya untuk mencari kristal guna melengkapi gelang Itzamna untuk mengubah semua yang terjadi pada saat ini. Berlanjut dengan bertemunya dia dengan kakaknya Camila, yang sudah meninggal dan perjalanannya demi menyelamatkan Ixchel dan ibunya yang ditawan dan akan dibebaskan apabila dirinya bersedia menyerahkan diri. Apakah dia akan memenuhi tuntutan itu? Apa yang diinginkan dan akan dilakukan para penculik itu pada dirinya? Akankah dia berhasil menyempurnakan gelang tersebut? dan apa yang akan terjadi selanjutnya apabila dia sudah berhasil?

Dan siapakah sebenarnya Arcadio yang disebut-sebut sebagai penjelajah waktu?




Masih berkutat dengan kehidupan baru Joshua sebagai Bakab Ix, diawali dengan pertandingan capoeira sebagai bagian dari kehidupan 'normal'nya dan liburan yang dilakukan dengan keluarganya dan teman-temannya supaya membantunya untuk hidup normal. Joshua yang pada buku sebelumnya menerima gelang Itzamna dari ayahnya terus berusaha untuk menyempurnakan gelang itu. Hal-hal sebagai bagian dari petualangannya terus terjadi. Mulai dari usahanya untuk mencari Kunci Kristal, Perseteruannya denga para penculik ikut menambah ketegangan di buku ini.

Perjalanan berlanjut dengan pertemuannya dengan ayahnya dan petunjuk mengenai siapakah sebenarnya Arcadio mulai bermunculan dan menemukan titik terang.

Kisah percintaan yang disertakan dalam buku ini pun semakin menambah minat saya untuk menyelesaikan buku ini secepatnya dan melanjutkan ke volume selanjutnya (untung saja saya beli waktu sudah tamat untuk seri ini)




Trivia:

Capoeira

merupakan sebuah olah raga bela diri yang dikembangkan oleh para budak Afrika di Brasil pada sekitar tahun 1500-an. Gerakan dalam capoeira menyerupai tarian dan bertitik berat pada tendangan. Pertarungan dalam capoeira biasanya diiringi oleh musik dan disebut Jogo. Capoeira sering dikritik karena banyak orang meragukan keampuhannya dalam pertarungan sungguhan, dibanding seni bela diri lainnya seperti Karate atau Taekwondo. Source: Wikipedia


Wave

adalah lagu Tom Jobim dari album yang bertajuk sama 'Wave'.

Lirik
So close your eyes
For that's a lovely way to be
Aware of things your heart alone was meant to see
The fundamental loneliness goes
Whenever two can dream a dream together


You can't deny
Don 't try to fight the rising sea
Don't fight the moon, the stars above and don't fight me
The fundamental loneliness goes
Whenever two can dream a dream together

When I saw you first the time was half past three
When your eyes met mine it was eternity

By now we know
The wave is on its way to be
Just catch the wave don't be afraid of loving me
The fundamental loneliness goes
Whenever two can dream a dream together


Original Cover:


The Joshua Files



Invisible City (The Joshua Files #1)

Paperback, 381 pages

Published June 2009 by PT Gramedia Pustaka Utama



Ice Shock (The Joshua Files #2)

Paperback, 368 pages

Published December 21st 2010 by PT Gramedia Pustaka Utama



Zero Moment (The Joshua Files #3)

Paperback, 368 pages

Published October 2011 by PT Gramedia Pustaka Utama



Dark Parallel (The Joshua Files #4)

Paperback, 368 pages

Published June 2012 by PT Gramedia Pustaka Utama



Apocalypse Moon (The Joshua Files #5)

Paperback, 400 pages

Published November 22nd 2012 by PT Gramedia Pustaka Utama









Yahoooooooiiii!!!!!



Selesai juga akhirnya baca seri ini. menegangkan dan menarik di beberapa buku. Yah, meski dengan ending yang sedikit banyak di luar ekspektasiku sih. Meskipun buku kedua dan ketiga sudah saya tulis sendiri-sendiri di blog ini juga tapi disini saya akan menulis tentang keseluruhan buku ini supaya lengkap (karena suka kehabisan ide kalau disuruh menulis tentang buku berseri). hehehe....





Berawal dari kisah seorang anak yang menerima kabar berkenaan tentang kematian ayahnya. Akan tetapi, anak tersebut tidak bisa menerima berita tersebut dan memutuskan untuk mencari kebenaran tentang kejadian sebenarnya. Perjalanannya pun berakhir bermula dengan kenyataan bahwa dia adalah keturunan penjaga codex dari suku Maya yang sampai saat ini masih bertahan hidup dan ditakdirkan untuk menemukan codex tersebut dan membawanya kembali ke sebuah tempat rahasia.





Peristiwa demi peristiwa terus dialaminya meski terkadang hal tersebut bisa menyebabkan kematiannya sendiri dalam pencarian codex serta jawaban atas kematian ayahnya. Setelah perjalanan panjang misteri tentang kematian ayahnya mulai terkuak. Petunjuk yang dikirimkan kepadanya menjadi satu-satunya hal yang membuatnya terus maju meskipun dia sendiri tidak tahu apa yang akan ditemukannya didepan, kenyataan bahwa kebenaran tentang kematian ayahnya disembunyikan oleh kelompok tertentu dan hal yang masih berhubungan dengan takdirnya terus bermunculan.





Semua hal menjadi lebih jelas ketika dia menemukan gelang Itzamna dan mulai mencari cara untuk menghindari peristiwa besar yang akan terjadi pada tanggal 22 Desember 2012 yang diramalkan akan menjadi peristiwa besar berakhirnya dunia berdasar kepercayaan suku Maya.









Saya akui...bahwa saya telat membaca buku ini. Seperti kata teman saya, akan lebih terasa atmosfernya apabila saya membacanya sebelum tanggal ramalan tentang kiamat akan terjadi. Waktu mendengar pertama kali mendengar tentang berita ini di TV saya sendiri termasuk orang yang (jujur) takut sekaligus penasaran. (memalukan ya....).


Sebenarnya seri ini juga sudah saya lirik dari awal tahun 2013, akan tetapi karena saya kesulitan menemukan buku 1-3nya dan keuangan yang kurang untuk membeli boxsetnya akhirnya saya memutuskan untuk tidak membeli seri ini, sampai pada beberapa bulan lalu saya menemukan buku 1-3nya di bagian diskon. dan saya akhirnya bisa membeli dan membaca juga seri ini.





Sebenarnya keseluruhan cerita di seri ini sangat menarik, berkenaan dengan Peradaban Maya dan peristiwa besar yang akan terjadi pada tanggal 22 Desember 2012. Akan tetapi ada disaat dimana buku ini bagus dibeberapa volume dan jelek tidak terlalu bagus di seri yang lain.





Buku 1 : sebagai pemanasan yang bagus untuk seri ini meskipun buku ini masih berasa datar dan belum ada sesuatu hal yang mengejutkan dan membuat saya penasaran untuk membalik halaman berikutnya.





Buku 2 : buku ini sangat menegangkan. sangat bertolak belakang dengan buku 1 yang terkesan kalem dan biasa-biasa saja. kejadian yang dialami oleh tokoh utama juga sempat membuat saya menahan nafas beberapa kali. Buku ini membuat saya tidak sabar untuk segera membalik halaman dan menyelesaikan secepetnya.





Buku 3 : masih berada diatas angin. Konfilk dan peristiwa yang terjadi masih membuat saya ternganga di beberapa bagian ketika membacanya.





Buku 4 : hem.... tidak tahu saya harus bilang apa. Tidak semenegangkan buku sebelumnya. seperti roller-coaster saja ketika kau bersemangat untuk membaca buku ini karena efek buku sebelumnya akan tetapi kau dijatuhkan dari atas langsung ke tanah. Meskipun masih mengejutkan dibeberapa bagian akan tetapi buku ini kurang dibandingkan dengan dua buku sebelumnya.





Buku 5 : menarik, untuk saya pribadi. sebuah ending yang menegangkan di tengah dan mengecewakan di akhir. Bukan karena ceritanya yang jelek akan tetapi cara mengakhiri cerita yang kurang memuaskan bagi saya pribadi. Tapi saya tetap menilai buku ini secara keseluruhan dan saya bisa bilang kalo buku ini bagus.










Buat saya pribadi, ketika sebuah buku itu bagisan dari sebuah serial. Maka tidak heran apabila saya membandingkan buku yang satu dengan yang lainnya yang juga menjadi bagian dari seri tersebut.





Beberapa hal yang jadi pemikiran saya mulai dari buku 4 adalah entah kenapa saya berpikir tentang alat yang digunakan oleh Hermione (Harry Potter - J.K. Rowling) untuk memanipulasi waktu (Time-Turner), terlepas oleh kenyataan yang membuat saya terpaku pada 13th Reality-nya James Dashner dengan realitas-realitasnya yang bercabang-cabang (salah satu cerita membingungkan kesukaan saya) :D





Typo yang terjadi dibuku 3 - 5 pun lebih parah dibandingkan dengan dua buku sebelumnya. Entah karena ketelitian yang kurang ataukah karena target yang ingin dicapai yaitu diterbitkan sebelum tanggal yang ada di ramalan (karena pada kenyataannya buku 5 diterbitkan bulan November 2012).





Dan lagi-lagi saya salut sama desain covernya yang HARUS-disampul-sebelum-baca karena ketakutan saya pribadi akan robek. Seragam akan tetapi gambar yang ada pada punggung buku sedikit berantakan karena tingginya yang tidak sama.





Pada intinya, cerita yang ada menarik untuk diikuti. Penilaian tentang seri ini, kembali ke diri anda masing-masing sebagai pembaca. :)





Cover













Indonesian Cover










Original Cover



Wallpaper



Picture credit to www.joshuafiles.com









City of Shadows (TimeRiders #6)

IMG_20160516_115624.jpg

LIAM O’CONNOR seharusnya meninggal di lautan tahun 1912
MADDY CARTER seharusnya meninggal di pesawat tahum 2010
SAL VIKRAM seharusnya meninggal dalam kebakaran tahun 2026

Tapi mereka bertiga diberi kesempatan kedua  untuk bekerja pada sebuah agensi yang keberadaannya tidak diketahui siapa pun.
Tujuannya: mencegah perjalanan waktu menghancurkan sejarah...

Diburu oleh robot pembunuh dari masa depan, Para Penjelajah Waktu harus meninggalkan New York dan bersembunyi. Mereka melarikan diri ke era Victorian dan ke jalanan tempat Jack Sang Pencabik berkeliaran. Tapi sebelumnya mereka mendirikan markas baru, mereka melakukan penemuan yang luar biasa, dan perubahan pun terjadi....

Paperback: 400 pages
Published: 28 Maret 2016 by Elex Media Komputindo (first published October 3rd 2013)
Original Title: Time Riders: City of Shadows
Language: Bahasa Indonesia
ISBN-10:
ISBN-13: 9786020282855
Series: Time Riders




Sal, Liam dan Maddy kembali berjuang mempertahankan alur waktu yang berjalan. Akan tetapi unit pendukung yang dikirim untuk membunuh mereka, selalu mengganggu usaha mereka. Faith dan Abel, 2 unit pendukung tersisa yang dikirim dari masa depan untuk membunuh semua yang menghalangi mereka dan mencegah adanya kontaminasi waktu yang lebih lanjut meskipun itu berarti membunuh orang-orang yang tidak tahu menahu sekalipun.

Dan pada saat itulah, mereka akhirnya memutuskan untuk berpindah lokasi karena ruang rahasia yang selama ini mereka lakukan telah terbongkar.

Kisah manusia dari jaman pada saat itupun turut menghiasi cerita yang ada kali ini. Rasa penasaran yang menghantui kepolisian/ pemerintah berkenaan dengan serangan alien atau entah apapun yang terjadi, menjadi dugaan pemicu untuk menyelidiki masalah lebih lanjut.




Kisah yang menarik untuk diikuti, meskipun masih banyak hal yang sebenarnya perlu digali lagi. Tapi entah mengapa buat saya pribadi, cerita ini makin lama makin seru untuk diikuti.

Dalam buku ini, cerita masih berpusat pada para penjelajah waktu yang berjuang di alur waktu mereka sendiri. Yaitu pada saat runtuhnya Menara Kembar berlangsung. Hampir dua pertiga cerita pada buku ini membahas perjuangan mereka untuk bertahan hidup dari pengejaran Unit Pendukung yang masih bertahan di akhir buku sebelumnya dan mengejar mereka.

Masih mengunakan gaya bercerita yang melompat-lompat seiring dengan waktu, tapi kali ini karena fokus yang terjadi pada waktu yang sedang berjalan, membuat lebih mudah untuk diikuti. Meskipun beberapa halaman berkisah tentang apa yang terjadi di masa depan, masa dimana tim penjelajah waktu dibentuk, lengkap dengan konflik yang terjadi di masa depan.

Dengan meninggalkan akhir yang membuat jengkel di beberapa bagian yang ada, seperti biasanya (dan ga usah dibahas lagi), cerita kali ini lebih tertata rapi. Karena hanya menggunakan 2 alur waktu (atau yang berdekatan dengan kejadian tersebut), meskipun pada akhirnya ada alur waktu lain yang dibahas dan untuk yang satu ini saya tidak bisa berkata lebih banyak walaupun apa yang saya maksud sudah disinggung pada blurb yang ada, blurb yang menyebut unit pendukung sebagai Robot (bukan hal yang penting juga sebenarnya, tapi konsistensi penyebutan buat saya penting).

Dengan dibungkus sampul yang tentu saja keren, dengan warna biru keunguan dan menampilkan wajah bertudung (hayoooo...tebak itu siapa) buku ini banyak sekali dihiasi dengan typo, mulai dari skala sedang sampai yang harus diraba artinya seperti kata “membayakan” (membahayakan) dan beberapa kata lain yang turut berpartisipasi dalam buku ini #halah.

Jadi, kesimpulannya adalah:

  1. Buku ini menarik, tapi jangan diharapkan untuk mendapatkan alur yang rapi (tentu saja).

  2. Buku ini harus diterbitkan sampai selesai meski admin penerbitnya setahu saya sudah memberikan kode untuk penghentian penerbitannya, tapi... apa salahnya dengan berdoa untuk penerbitan buku selanjutnya.

  3. Misteri yang terkuak, kebenaran jati diri yang bisa membalikkan arah jalannya buku. Menjadi nilai tambah tersendiri yang membuat saya tersenyum dan penasaran sekaligus.

  4. Muncul tokoh yang bukunya masih saya cari sampai saat ini, tepat ketika nanya disebut pertama kali. Saya langsung tersenyum dan berkata pada diri saya sendiri “oke, Alex Scarrow mulai membelokkan kenyataan,” yang mana adalah hal yang saya sukai dalam setiap buku yang saya baca.


That’s all...selamat membaca dan berjuan mempertahankan waktu dunia kalian. Karena jujur, saya hanya baca buku ini dalam sekali pegang dan buku ini menarik saya dalam ceritanya dan menolak untuk dilepaskan.

Buku sebelumnya:
(klik pada gambar untuk melihat tautan)
12120489_435123110007066_95142334_n 11376236_654402521327927_97422150_n

 

Friday, May 13, 2016

Talon (Talon #1)

IMG_20160513_091258.jpg

Seumur hidupku, ini yang kuyakini:
Manusia adalah mangsa
Para pembantai naga akan binasa
Organisasi Talon adalah segalanya
Kami akan menguasai dunia
Dan aku, naga yang akan membalas kekejaman manusia

Tapi, apa yang harus kulakukan ketika seorang pemuda membuatku jatuh cinta?

Paperback: 452 pages
Published: April 2016 by Mizan Fantasi (first published October 28th 2014)
Original Title: Talon
Language: Bahasa Indonesia
ISBN-10:
ISBN-13: 9789794339312
Series: Talon #1




characters_headline_talon

Talon, Sebuah kawanan bangsa naga yang bersembunyi  dengan berbaur dengan manusia, sekaligus menghindar dari kejaran St. George, musuh abadi mereka. Sebuah kelompok yang bertugas memburu dan memusnahkan bangsa naga. Dan  Viper, sama seperti St. George yang memburu naga, tapi Viper dari kaum naga sendiri yang bertugas untuk memburu naga pemberontak, naga yang tidak mematuhi Talon dan peraturannya.

Dante dan Ember, 2 naga yang ditetaskan (dibiakan?) bersama. Hal ini adalah kejadian yang sangat jarang dimana ada naga yang menetas secara bersamaan, apalagi Ember adalah Dragonell. Keduanya menjalani pelatihan dan mulai berusaha menjalani kehidupan sebagai manusia biasa.

Suatu hari, Ember bertemu dengan seseorang yang dia kenali sebagai sesama naga, dan kenyataan bahwa dia adalah pemberontak dan seorang pemuda bernama Garret yang juga menghabiskan liburan mereka di Cresent Beach bersama Tristan.




The beginning spoiled it all.

Awal mula cerita yang ada dibuku ini merusak hal yang menarik dari buku ini. Kenyataan bahwa ada sebuah organisasi memburu dan membunuh para naga. Hal tersebut menjadi hal yang melemahkan buku ini dari segi kejutan. Dari segi cerita yang seharusnya bisa menjadi rasa tersendiri bagi pembacanya. Pengungkapan jati diri Garret yang sebenarnya didepan Ember terkesan biasa saja, hambar, bagai sayur tanpa rasa. Emosi Garret pada saat membuka jati dirinya pun juga tidak tersampaikan secara penuh, kenapa? Karena sebagai pembaca kita sudah mengetahuinya dari awal, pada saat penulis memutuskan untuk menggunakan St. George sebagai hidangan pembuka.

Misteri yang ada tentang keberadaan Talon atau St. George juga belum dikupas secara mendalam, yang saya yakin adalah sebuah kesengajaan karena buku ini adalah sebuah intro dalam seri ini sehingga membuat banyak hal tidak diceritakan secara gamblang atau bahkan tidak disinggung dalam buku ini, supaya masih banyak hal yang akan diungkapkan dan ditulis untuk buku selanjutnya. Sayangnya kita sebagai pembaca, pasti memikirkan banyak sekali asumsi dan kemungkinan yang akan terjadi dan proses melihat saja mana yang benar dan akan terjadilah yang membuat kita akan tertarik untuk membaca buku berikutnya (dengan harapan masih diterbitkan di Indonesia).

Kisahnya sendiri berjalan cepat fokus kepada kisah hidup Ember Hill (dan Dante Hill, sepertinya) dan keseharian dalam menjalani kehidupannya di Cresent Beach. Penggunaan PoV yang digunakan oleh penulis terasa lemah karena selain menggunakan gaya bercerita yang sama antara satu dengan yang lain, kesan datar dalam cerianya sendiripun tidak bisa membantu penulis untuk memperkuat karakter pada masing- masing meski dipenggal dalam masing-masing bab sebagai media transisi.

Dari segi cerita.

Ceritanya bisa dibilang sama dengan cerita kebanyakan, kita anggap saja cerita tentang kaum minoritas di bawah penindasan kaum mayoritas, kelompok yang lemah ditindas oleh kelompok yang kuat, dan/atau sekedar usaha orang-orang yang berada diluar lingkaran dan melawan arus yang ada.  Dalam hal ini adalah naga diantara manusia. Meski bagi naga sendiri, mereka menganggap bahwa mereka adalah superior dan tidak seharusnya tidak hidup dalam ketakutan dibawah tekanan manusia. Selain itu, kekangan peraturan yang dibuat oleh Talon sendiri juga diangkat menjadi masalah dari dalam bangsa naga itu sendiri. Sebuah peraturan yang merebut kebebasan rakyatnya (setidaknya, itulah yang dirasakan oleh Ember dan para Naga Pemberontak) dan belum lagi banyaknya rahasia yang disembunyikan Talon dari bangsanya sendiri (yang masih menjadi rahasia bahkan untuk pembacanya XD).

Bisa dibilang dua masalah itulah yang diangkat Julie Kagawa dalam novelnya kali ini. Pengunaan naga sendiri dalam kisah ini menjadi daya tarik tersendiri bagi penggemar naga pada khususnya dan fantasi pada umumnya. Sebut saja, Inheritance Cycle karangan Christopher Paolini, Temeraire Series karangan Naomi Novik, Seraphina karangan Rachel Hartman dan masih banyak judul lainnya, bahkan The Hobbit karya J.R.R. Tolkien dan Earthsea Cycle karya Ursula K. Le Guin menggunakan naga sebagai salah satu mahluk yang menghuni dunia mereka. Dan yang menarik adalah interpretasi atau penggambaran dari makhluk tersebut yaitu besar dan kuat. Meskipun ada pula perbedaan yang digunakan masing-masing pengarang untuk naga ‘ciptaan’ mereka.

Jadi, kesimpulannya adalah:

  1. Buku ini terkesan datar, biasa saja tapi tidak bisa dibilang membuang waktu sebagai bacaan karena diwarnai dengan roman yang menarik.

  2. Ide cerita tentang naga yang beralih rupa menjadi manusia dan hidup diantara kita. Saya pribadi belum bisa menalar kejadian tersebut. Apalagi peralhian dari manusia de naga, dan sebaliknya, buat saya pribadi belum digambarkan dengan baik dan masih terasa kasar.

  3. Perburuan naga dan konflik yang terjadi di Talon. Oke, saya berharap Julie Kagawa lebih banyak mengulik tentang masalah ini alih-alih roman yang ada.

  4. Klimaks yang ada dalam buku ini kurang terasa greget-nya. Kurang garam dan terlalu banyak msg.


FYI, they left us in a bad way. Hanging over the cliff. Jadi, mudah-mudahan kali ini penerbit melanjutkan seri ini. Or I’ll be disappointed...again!

 

[gallery ids="673,672" type="columns"]

 

[gallery ids="674,677" type="rectangular"]

Talon1