Friday, October 4, 2013

The Joshua Files


Invisible City (The Joshua Files #1)
Paperback, 381 pages
Published June 2009 by PT Gramedia Pustaka Utama 

Ice Shock (The Joshua Files #2)
Paperback, 368 pages
Published December 21st 2010 by PT Gramedia Pustaka Utama

Zero Moment (The Joshua Files #3)
Paperback, 368 pages
Published October 2011 by PT Gramedia Pustaka Utama

Dark Parallel (The Joshua Files #4)
Paperback, 368 pages
Published June 2012 by PT Gramedia Pustaka Utama 
 
Apocalypse Moon (The Joshua Files #5)
Paperback, 400 pages
Published November 22nd 2012 by PT Gramedia Pustaka Utama 

Yahoooooooiiii!!!!!
Selesai juga akhirnya baca seri ini. menegangkan dan menarik di beberapa buku. Yah, meski dengan ending yang sedikit banyak di luar ekspektasiku sih. Meskipun buku kedua dan ketiga sudah saya tulis sendiri-sendiri di blog ini juga tapi disini saya akan menulis tentang keseluruhan buku ini supaya lengkap (karena suka kehabisan ide kalau disuruh menulis tentang buku berseri). hehehe....

Berawal dari kisah seorang anak yang menerima kabar berkenaan tentang kematian ayahnya. Akan tetapi, anak tersebut tidak bisa menerima berita tersebut dan memutuskan untuk mencari kebenaran tentang kejadian sebenarnya. Perjalanannya pun berakhir bermula dengan kenyataan bahwa dia adalah keturunan penjaga codex dari suku Maya yang sampai saat ini masih bertahan hidup dan ditakdirkan untuk menemukan codex tersebut dan membawanya kembali ke sebuah tempat rahasia.

Peristiwa demi peristiwa terus dialaminya meski terkadang hal tersebut bisa menyebabkan kematiannya sendiri dalam pencarian codex serta jawaban atas kematian ayahnya. Setelah perjalanan panjang misteri tentang kematian ayahnya mulai terkuak. Petunjuk yang dikirimkan kepadanya menjadi satu-satunya hal yang membuatnya terus maju meskipun dia sendiri tidak tahu apa yang akan ditemukannya didepan, kenyataan bahwa kebenaran tentang kematian ayahnya disembunyikan oleh kelompok tertentu dan hal yang masih berhubungan dengan takdirnya terus bermunculan.
Semua hal menjadi lebih jelas ketika dia menemukan gelang Itzamna dan mulai mencari cara untuk menghindari peristiwa besar yang akan terjadi pada tanggal 22 Desember 2012 yang diramalkan akan menjadi peristiwa besar berakhirnya dunia berdasar kepercayaan suku Maya. 

-------------------
Saya akui...bahwa saya telat membaca buku ini. Seperti kata teman saya, akan lebih terasa atmosfernya apabila saya membacanya sebelum tanggal ramalan tentang kiamat akan terjadi. Waktu mendengar pertama kali mendengar tentang berita ini di TV saya sendiri termasuk orang yang (jujur) takut sekaligus penasaran. (memalukan ya....). 

Sebenarnya seri ini juga sudah saya lirik dari awal tahun 2013, akan tetapi karena saya kesulitan menemukan buku 1-3nya dan keuangan yang kurang untuk membeli boxsetnya akhirnya saya memutuskan untuk tidak membeli seri ini, sampai pada beberapa bulan lalu saya menemukan buku 1-3nya di bagian diskon. dan saya akhirnya bisa membeli dan membaca juga seri ini. 

Sebenarnya keseluruhan cerita di seri ini sangat menarik, berkenaan dengan Peradaban Maya dan peristiwa besar yang akan terjadi pada tanggal 22 Desember 2012. Akan tetapi ada disaat dimana buku ini bagus dibeberapa volume dan jelek tidak terlalu bagus di seri yang lain.

Buku 1 : sebagai pemanasan yang bagus untuk seri ini meskipun buku ini masih berasa datar dan belum ada sesuatu hal yang mengejutkan dan membuat saya penasaran untuk membalik halaman berikutnya.

Buku 2 : buku ini sangat menegangkan. sangat bertolak belakang dengan buku 1 yang terkesan kalem dan biasa-biasa saja. kejadian yang dialami oleh tokoh utama juga sempat membuat saya menahan nafas beberapa kali. Buku ini membuat saya tidak sabar untuk segera membalik halaman dan menyelesaikan secepetnya.

Buku 3 : masih berada diatas angin. Konfilk dan peristiwa yang terjadi masih membuat saya ternganga di beberapa bagian ketika membacanya. 

Buku 4 : hem.... tidak tahu saya harus bilang apa. Tidak semenegangkan buku sebelumnya. seperti roller-coaster saja ketika kau bersemangat untuk membaca buku ini karena efek buku sebelumnya akan tetapi kau dijatuhkan dari atas langsung ke tanah. Meskipun masih mengejutkan dibeberapa bagian akan tetapi buku ini kurang dibandingkan dengan dua buku sebelumnya.

Buku 5 : menarik, untuk saya pribadi. sebuah ending yang menegangkan di tengah dan mengecewakan di akhir. Bukan karena ceritanya yang jelek akan tetapi cara mengakhiri cerita yang kurang memuaskan bagi saya pribadi. Tapi saya tetap menilai buku ini secara keseluruhan dan saya bisa bilang kalo buku ini bagus.

Buat saya pribadi, ketika sebuah buku itu bagisan dari sebuah serial. Maka tidak heran apabila saya membandingkan buku yang satu dengan yang lainnya yang juga menjadi bagian dari seri tersebut.

Beberapa hal yang jadi pemikiran saya mulai dari buku 4 adalah entah kenapa saya berpikir tentang alat yang digunakan oleh Hermione (Harry Potter - J.K. Rowling) untuk memanipulasi waktu (Time-Turner), terlepas oleh kenyataan yang membuat saya terpaku pada 13th Reality-nya James Dashner dengan realitas-realitasnya yang bercabang-cabang (salah satu cerita membingungkan kesukaan saya) :D

Typo yang terjadi dibuku 3 - 5 pun lebih parah dibandingkan dengan dua buku sebelumnya. Entah karena ketelitian yang kurang ataukah karena target yang ingin dicapai yaitu diterbitkan sebelum tanggal yang ada di ramalan (karena pada kenyataannya buku 5 diterbitkan bulan November 2012). 
Dan lagi-lagi saya salut sama desain covernya yang HARUS-disampul-sebelum-baca karena ketakutan saya pribadi akan robek. Seragam akan tetapi gambar yang ada pada punggung buku sedikit berantakan karena tingginya yang tidak sama.
Pada intinya, cerita yang ada menarik untuk diikuti. Penilaian tentang seri ini, kembali ke diri anda masing-masing sebagai pembaca. :)
Cover

Indonesian Cover

Original Cover

Wallpaper

Picture credit to www.joshuafiles.com

Tuesday, October 1, 2013

Joshua Files #3 : Zero Moment



Format               : Paperback
Halaman            : 368 pages
Published           : Oktober 2011
Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama (Pertama kali terbit Februari 2010)
Judul Asli           : Zero Moment (Joshua Files)
ISBN13              : 9789792276886
Bahasa                : Indonesia
URL                    : http://www.thejoshuafiles.com

... dan petualangan pun berlanjut..

Buku ketiga dari dari lima buku The Joshua Files, sebuah karya yang lahir dari tangan  M. G. Harris

Setelah Josh mengalami peristiwa-peristiwa yang hampir merengut nyawanya, masalah pun tidak berhenti datang begitu saja. Joshua harus tetap menjalani takdirnya sebagai Bakab Ix dan menyelesaikan permasalahan yang timbul berkenaan dengan statusnya tersebut.

Setelah mengetahui apa yang dialami oleh ayahnya, dia masih berharap untuk bisa mengubah segala hal yang terjadi. Berawal dari tekadnya untuk mencari kristal guna melengkapi gelang Itzamna untuk mengubah semua yang terjadi pada saat ini. Berlanjut dengan bertemunya dia dengan kakaknya Camila, yang sudah meninggal dan perjalanannya demi menyelamatkan Ixchel dan ibunya yang ditawan dan akan dibebaskan apabila dirinya bersedia menyerahkan diri. Apakah dia akan memenuhi tuntutan itu? Apa yang diinginkan dan akan dilakukan para penculik itu pada dirinya? Akankah dia berhasil menyempurnakan gelang tersebut? dan apa yang akan terjadi selanjutnya apabila dia sudah berhasil?

Dan siapakah sebenarnya Arcadio yang disebut-sebut sebagai penjelajah waktu?

-----

Masih berkutat dengan kehidupan baru Joshua sebagai Bakab Ix, diawali dengan pertandingan capoeira sebagai bagian dari kehidupan 'normal'nya dan liburan yang dilakukan dengan keluarganya dan teman-temannya supaya membantunya untuk hidup normal. Joshua yang pada buku sebelumnya menerima gelang Itzamna dari ayahnya terus berusaha untuk menyempurnakan gelang itu. Hal-hal sebagai bagian dari petualangannya terus terjadi. Mulai dari usahanya untuk mencari Kunci Kristal, Perseteruannya denga para penculik ikut menambah ketegangan di buku ini.

Perjalanan berlanjut dengan pertemuannya dengan ayahnya dan petunjuk mengenai siapakah sebenarnya Arcadio mulai bermunculan dan menemukan titik terang.

Kisah percintaan yang disertakan dalam buku ini pun semakin menambah minat saya untuk menyelesaikan buku ini secepatnya dan melanjutkan ke volume selanjutnya (untung saja saya beli waktu sudah tamat untuk seri ini)

---

Trivia:
Capoeira
merupakan sebuah olah raga bela diri yang dikembangkan oleh para budak Afrika di Brasil pada sekitar tahun 1500-an. Gerakan dalam capoeira menyerupai tarian dan bertitik berat pada tendangan. Pertarungan dalam capoeira biasanya diiringi oleh musik dan disebut Jogo. Capoeira sering dikritik karena banyak orang meragukan keampuhannya dalam pertarungan sungguhan, dibanding seni bela diri lainnya seperti Karate atau Taekwondo. Source: Wikipedia



Wave
adalah lagu Tom Jobim dari album yang bertajuk sama 'Wave'.

Lirik
So close your eyes
For that's a lovely way to be
Aware of things your heart alone was meant to see
The fundamental loneliness goes
Whenever two can dream a dream together

You can't deny
Don 't try to fight the rising sea
Don't fight the moon, the stars above and don't fight me
The fundamental loneliness goes
Whenever two can dream a dream together

When I saw you first the time was half past three
When your eyes met mine it was eternity

By now we know
The wave is on its way to be
Just catch the wave don't be afraid of loving me
The fundamental loneliness goes
Whenever two can dream a dream together 


Original Cover:




Monday, September 30, 2013

Joshua Files #2 : Ice Shock


Format               : Paperback
Halaman            : 368 pages
Published           : 21 Desember 2010
Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama (Pertama kali terbit Maret 2009)
Judul Asli           : Ice Shock (Joshua Files)
ISBN13              : 9789792264944
Bahasa                : Indonesia
URL                    : http://www.thejoshuafiles.com

... dan petualangan pun berlanjut..

Buku kedua dari dari lima buku The Joshua Files, sebuah karya yang lahir dari tangan  M. G. Harris

Berawal dari misteri kartu pos yang Josh terima, tanpa nama pengirim atau alamat... Yang ada hanyalah informasi dari mana kartu pos itu dikirimkan...

Konflik yang terjadi masih berkenaan dengan Ek Naab dan berbagai seluk beluknya. Musuhnya yang kembali yang ternyata menjadi salah satu bagian dari organisasi yang lebih besar, melebihi apa yang diperkirakannya. Pengkhianatan yang terjadi dan peristiwa yang hampir saja menewaskannya masih menjadi cerita utama buku ini. Sebenarnya, siapakah pengirim kartu-kartu itu dan apa tujuannya? Peristiwa apalagi yang akan dialami Josh dalam buku ini? Dan apakah perjalanannya dalam mencari ayahnya menemukan titik terang?

-----

Buku ini dibuka dengan sangat bagus, konflik yang terjadi membuat saya menahan nafas beberapa kali karena ceritanya yang sangat menegangkan. Kenyataan bahwa ada orang yang memata-matai dirinya menimbulkan kecurigaan tokoh utama (dan juga saya) pada orang-orang disekelilingnya.

Dan ceritapun berlanjut ke saat dimana saya diberi waktu untuk bernafas dan bersantai sejenak dengan cerita ringan (meskipun masih membuat jantung berdegup kencang), perjalanan tokoh utama dengan teman baru (yang sebelumnya sudah ditemuinya di buku pertama) melawan maut dan berjuang untuk hidup sebagai pemanasan untuk hal yang akan terjadi di akhir buku ini.

Akhirnya, terkuak siapa pengirim kartu pos itu dan apa tujuannya dibagian akhir buku ini. Kejutan yang terjadi dibuku ini membuat saya tersenyum dan marah serta sedih disaat yang bersamaan.
---

Masih ditulis dengan gaya bahasa yang menarik dan ringan untuk diikuti dan dibaca sampai selesai, tokoh utama yang masih berusia 14 tahun pun saya hiraukan supaya tidak mengganggu imajinasi saya karena usianya yang masih terlalu muda buat saya untuk mengalami pengalaman-pengalaman itu. Tidak masuk diakal.

Cerita yang mengalir bagai 'kebetulan' semata atau yang lebih mereka percayai sebagai takdir juga berbicara di buku ini. Yah, saya pribadi menganggap apa yang terjadi adalah sebuah 'kebetulan' yang 'kebetulan' terjadi.

Desain sampul yang masih mempertahankan gaya lama. Sebuah gambar peradaban Maya (saya kira) dengan lubang huruf 'J' didepannya yang memberikan nilai tambah tersendiri untuk buku ini. meski jujur saja agak sedikit menganggu saat buku ini dipegang :D

Trivia:
Veracruz
merupakan sebuah negara bagian di Meksiko yang memiliki luas wilayah 71.699 km² dan populasi 7.110.214 jiwa (2005). Ibu kotanya ialah Xalapa. Source: Wikipedia

Blue in Green
adalah lagu ketiga pada Miles Davis album Kind of Blue (1959).



Original Cover:




Saturday, September 28, 2013

The Fault in Our Stars



Format             : Paperback
Halaman          : 422 pages
Published         : December 2012 (first published January 1st 2012)
Penerbit            : Qanita
Original title     : The Fault in Our Stars
ISBN13             : 9786029225587
Bahasa               : Indonesia
URL                  :  kaifa.mizan.com
Karakter            :  Hazel Grace Lancaster, Augustus Waters
Setting               : Indianapolis, Indiana (United States)

literary awards
Odyssey Award (2013), ALA Teens' Top Ten Nominee (2012), Indies Choice Book Award for Young Adult (2013), Deutscher Jugendliteraturpreis Nominee for Preis der Jugendjury (2013), Dioraphte Jongerenliteratuurprijs (2013) The Inky Awards for Silver Inky (2012), Abraham Lincoln Award Nominee (2014), Goodreads Choice for Best Young Adult Fiction (2012)

Pertama....*ambil nafas*...
Saya akui saya bukan penggemar genre ini. Akan tetapi harus saya akui kalau buku ini benar-benar bagus. Saya tidak menyangka akan jatuh cinta pada cerita yang ada dibuku ini apalagi dengan genre yang diluar minat saya dan bahkan saya hindari.... pada awalnya.

Kenapa? alasannya sepele.... karena saya mendapati tulisan 'Romance' di sampul buku ini... yang jujur saja buat saya (maaf nih) label tersebut salah karena buku ini lebih menitik beratkan kepada drama kehidupan dibandingkan dengan kisah cinta (yah...meski kisah cinta yang ada juga banyak akan tetapi itu juga merupakan bagian dari drama yang ada). Dan karena alasan itu tadi saya hanya melihat buku ini saat ada di rak toko buku yang saya kunjungi meskipun hati sebenarnya ingin membeli. Dan beruntunglah saya diberi buku ini oleh penerbit sebagai tanda terima kasih atas partisipasi dalam mengikuti ajang lain. Salah! Sebenarnya sayalah yang harus banyak berterima kasih kepada penerbit karena memberikan kesempatan pada saya dan gratis untuk membaca buku ini.
(maaf curcolnya kepanjangan).

Bercerita tentang sebuah kisah kehidupan remaja berusia 16 tahun yang bernama Hazel Grace pengidap kanker. Sebuah kisah sederhana dengan mengeksploitasi kisah seorang pengidap kanker? Iya. Akan tetapi kisah yang terjadi tidak sesederhana itu.

Buku ini berkisah tentang perjuangan hidup seorang remaja yang tegar dan gigih dalam menjalankan kehidupannya. Menganggap bahwa dia hanyalah remaja biasa yang tidak mempunyai 'keistimewaan' dan hanya ingin menjalankan hidupnya dengan normal, disaat orang lain khawatir dan cemas akan keadaannya. Semangat hidupnya yang besar tidak sebesar kekuatan tubuhnya untuk hidup. Yang tidak suka mendatangi Support Group (yang diterjemahkan sebagai 'Kelompok Pendukung" yang buat saya pribadi lebih ke "Kelompok Penyemangat" berdasar atas tujuan kelompok tersebut) dimana orang-orang yang mengalami kasus/ kisah serupa berkumpul, bercerita dan saling menyemangati satu sama lain untuk menghadapi permasalahan tersebut.

Waktu pertama kali saya membaca beberapa halaman awal buku ini. Pikiran saya langsung teringat dengan kisah perjuangan anak kecil yang mengalami kesulitan dalam bernafas dan harus membawa tabung oksigen kemanapun dia pergi (meskipun dalam kasus ini dia dibantu oleh anjingnya, Mr. Gibbs) . 




Kembali ke buku.
Kisah perjuangan Hazel tidak hanya berhenti disitu saja. Berlanjut keinginannya untuk mengetahui kelanjutan cerita buku kesukaannya, perjalanan yang harus dilaluinya dan peristiwa-peristiwa yang dialaminya menjadi kisah yang menarik untuk selalu diikuti. Belum lagi kisah cintanya yang tumbuh seiring dengan berjalannya waktu menjadi 'bumbu' tersendiri dalam buku ini.

Kadang saya meragukan buku ini...apakah buku ini benar-benar buku fiksi karena hal-hal yang terjadi didalamnya terasa begitu nyata setidaknya untuk saya. Memainkan emosi saya naik turun, di satu bagian buku ini bisa membuat saya tersenyum dan tertawa karena dialog yang ada didalamnya dan ada saat dimana emosi saya dibawa turun sampai kedasar (harus saya akui kalau saya hampir menangis sedih) di bagian lain. Terasa tidak asing? Yah, karena itulah hidup, yang saya yakin kita juga mengalami hal yang serupa karena itulah terasa nyata.

Dan dari buku ini pula mengingatkan saya kembali bahwa 'Jangan hanya melihat keatas, akan tetapi lihatlah kebawah'.

Cukup untuk kisah yang ada dibuku ini karena ketakutan saya untuk mengurangi kenikmatan kalian yang belum membaca buku ini.

Untuk desain sampul sendiri, saya agak keberatan dengan adanya gambar anak kecil, rumah dan segala hal yang ada dibagian bawah (yang berwarna kunig) pada sampul buku terjemahan ini. Karena terkesan (maaf) kekanankan meski saya akui sampul ini eye-catching sekali dengan komposisi warnanya dan mencerminkan sifat tokoh utamanya. :D

Grafis yang ada di halaman dalam buku ini....ehm... buat saya agak menganggu konsentrasi (saya bilang 'agak' lho) bukan karena gambarnya (meski agak ilfil juga liat banyak gambar hati disana...kenapa nggak bintang-bintang aja.) tapi ketika gambarnya menumpuk sama sedikit hurufnya, jadi harus memposisikan secara pas tulisan sama mata.

Buku ini juga mengalir begitu saja, Alur ceritanya yang asyik untuk diikuti, penokohan dan penggambaran karakter yang kuat dan jelas.  

Kutipan favoritku di buku ini:
"Akan tiba saatnya, ketika semua mati. Kita semua. Akan tiba saatnya ketika tidak ada lagi umat manusia yang tersisa untuk mengingat bahwa manusia pernah ada atau spesies kita pernah melakukan sesuatu. Tidak akan ada siapa pun yang tersisa untuk mengingat Aristoteles atau Cleopatra, apalagi mengingatmu. Semua yang kita lakukan, dirikan, tuliskan, pikirkan, dan temukan akan terlupakan," hal. 22
Entah kenapa... waktu baca tulisan itu (dan mengetiknya di blog ini) saya merasa bahwa meski tulisan itu terkesan bahwa semua usaha saya akan sia-sia tapi bagi saya pribadi kalimat tersebut sebagai cambukan bahwa "aku harus melakukan semaksimal tenaga dan kemampuanku supaya aku tidak mudah untuk dilupakan (in a good way of course)".

Sebuah akhir yang indah untuk kisah yang indah.


Trivia:
Enchilada
adalah makanan utama di kawasan Meksiko. Makanan ini terdiri dari tortilla yang diisi lalu digulung, setelah itu diberi saus cabai. Enchilada dapat diisi apa saja, termasuk daging, keju, kentang, sayuran, makanan laut atau campuran. Source: Wikipedia






Tortilla
adalah sejenis flatbread yang biasanya terbuat dari gandum. Flatbread adalah roti sederhana yang terbuat dari tepung, air dan garam yang kemudian dipipihkan. Source: Wikipedia






V for Vendetta
adalah film tahun 2006 yang ceritanya diadaptasi dari sebuah novel grafis berjudul V for Vendetta karya Alan Moore dan David Lloyd, yang menceritakan tentang seseorang yang berinisial "V" yang berjuang untuk menghacurkan rezim pemerintahan otoriter di Inggris. Source: Wikipedia








BiPAP (Bilevel Positive Airway Pressure)
digunakan pada saat membutuhkan tenaga pendukung untuk memompa udara pada saluran pernafasan saat menghirup udara. Indikasinya adalah kita sulit untuk menghirup udara saat bernafas. Termasuk pneumonia, chronic obstructive pulmonary disease, asthma dan status asthmaticus.
Source: Wikipedia



Other :
The Fault in our Stars Movie @ IMDB
The Fault in our Stars @ Wikipedia
The Fault in ur Stars, The Metatext  (Serba-serbi yang ada dibuku ini. :D )
John Green (Author)


Original Cover:


Other Editions :

Thursday, September 26, 2013

Planetes



SPOILER ALERT!!!!


Penulis             : Ziggy Zezyazeovienna Zabrizkie
Format             : Paperback
Halaman          : 200
Published         : July 7th, 2013
Penerbit            : Laksana
ISBN13            : 9786027933422
Language         : Indonesian

Ehm...ehm...
Sebelumnya saya ucapkan selamat kepada penulis yang telah melahirkan sebuah karya fiksi fantasi lokal ditengah-tengah gempuran novel-novel terjemahan. Salut!
Disini saya akan mencoba menulis apa yang saya dapatkan dari membaca karya yang satu ini. Sebagian besar kutipan saya ambil dari sinopsisnya untuk menghindari spoiler berlebihan :)

Pertama kali membaca judul buku ini, jujur saja buat saya yang gemar membaca manga, pikiran saya langsung terbawa ke manga yang satu ini :


"The story of Planetes follows the crew of the DS-12 "Toy Box" of the Space Debris Section, a unit of Technora Corporation. Debris Section's purpose is to prevent the damage or destruction of satellites, space stations and spacecraft from collision with debris in Earth's and the Moon's orbits. They use a number of methods to dispose of the debris (mainly by burning it via atmospheric reentry or through salvage), accomplished through the use of EVA suits." source : Wikipedia

Dan ketika itu pula pikiran saya juga langsung berpedoman pada cerita itu. dan pada akhirnya saya salah karena buku ini bercerita tentang sebuah perjalanan untuk menemukan sebuah benda, tongkat lebih tepatnya yang bernama silex luminar.

Konsep buku ini sebenarnya stereotype yaitu perjalanan seseorang ato sekelompok orang untuk menemukan sesuatu guna mencapai kedamaian. Akan tetapi konsep sederhanapun akan menjadi sebuah cerita menarik apabila penggarapannya dilakukan dengan semaksimal mungkin.

"Zaman dahulu, dunia dibagi menjadi tiga area: tempat tinggal makhluk nirwana yang disebut Caelum, tempat tinggal makhluk kegelapan yang disebut Atyra, dan tempat tinggal makhluk fana yang disebut Terra."

Saya sudah banyak membaca cerita-cerita klasik yang masih berjaya sampai sekarang tentang pembagian area (saya hanya mengikuti kata yang ada di buku ini meski saya lebih cenderung menggunakan kata 'daerah' karena area terkesan modern :D ) tapi diatas apabila disebutkan dalam kalimat sederhana yaitu Surga, Neraka dan Dunia. Hmm... nothing special 'bout that.

Apalagi setelah dibaca lebih jauh area-area tersebut tidak diceritakan secara mendetil dan sejelas mungkin. Gambaran akan dunia tersebut dipikiran saya pun tersamarkan oleh debur ombak pikiran saya akan gambaran yang saya dapatkan dari buku-buku lainnya. Apalagi fokus perjalanan orang-orang tersebut hanya berada di Terra, jadi maafkan saya kalo saya berharap yang lebih tentang area yang digunakan. 


Buat saya pribadi sih, sah-sah saja menggunakan kata-kata (entah itu nama ataupun tempat atau apapun itu) yang aneh keren untuk menjadi daya tarik tersendiri dalam sebuah penceritaan buku. Akan tetapi bagaimana bila kata-kata tersebut malah menjadi senjata makan tuan bagi buku ini sendiri. Sebut saja Anleifr, Lapendregr, Salvsigr dan beberapa kata lainnya yang saya sendiri tidak yakin saya membacanya dengan benar atau lain kata saya baca sesuka hati saya sendiri. di lain pihak ada kata-kata normal seperti Terra, Holly, Alder atau Maer (mudah-mudahan aja bukan singkatan dari Masak-Aer Biar-Mateng) dan yang lebih aneh ada nama Agni dibuku ini. Saya jadi bingung, sebenarnya di buku ini ada berapa dunia/ negara/ propinsi (mungkin) sehingga yang satu dengan yang lain bertolak belakang dan terkesan terpecah-pecah dan bukan satu kesatuan.

Entah bahasa apa yang penulis gunakan untuk mendapatkan kata-kata tersebut alangkah lebih baik apabila penulis juga mempertimbangkan faktor kebiasaan yang ada disini (mayoritas pembaca di Indonesia) karena saya sendiri merasa asing dengan kata-kata tersebut dan malah cenderung aneh.

Penggambaran cerita entah dari segi manapun membuat buku ini terasa terburu-buru untuk diterbitkan atau dengan kata lain penulis lebih bisa bereksperimen lebih jauh dengan buku ini dan tidak terbatas dengan 200 halaman yang ada. Faktor detil yang sangat amat kurang dalam penggambaran karakter dan tempat yang ada dibuku ini, kalau buat saya lebih baik kalau penulis mengurangi karakter yang digunakan sehingga tidak terlihat saling lempar, apalagi kalau karakter-karakter itu hanya digunakan sebagai pemanis dan daya tarik buku ini saja agar bisa dibilang keren.
"... 'Ah, mengagumi aliran air Master Sagbaer? Pernah ada seorang penyair yang menceritakan kematian bagi setiap makhluk di Terra, pernahkah kau dengar? Begini bunyinya!' " - hal. 124
ehm...maaf ni, Reaume. Gue belum jawab pertanyaanmu. Untung saja gue belum pernah dengar. Coba kalo sudah. Tuh tenaga sia-sia buat nyeritain satu halaman tahu nggak?
" 'Begitulah! Pernahkah kau dengar? " - hal 126
Ooii....denger ya. gue bisa denger tahu (niruin iklan coklat). ga usah deh loe pake teriak segala. orang kita deket juga. gue nggak tuli tahu?! Minta digampar ya?

Salah satu contoh penggunaan tanda baca yang salah kalau buat saya pribadi.

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat. Source: Wikipedia
Kata "Begini bunyinya!" dan "Begitulah!" saya rasa tanda seru tidak diperlukan dan pemilihan kata itu sebelum dan sesudah puisi terkesan sekali bahwa Reaume ini seorang guru yang menjelaskan tentang pelajaran dikelasnya apalagi karena saya menangkap suasana yang ada di bagian tersebut sedang santai dan damai. Dan bila kalian sadari maka tagline judul pun menggunakan tanda seru di akhir kalimat. Buat apa coba?

Kalau berbicara soal alur waktu yang ada buat saya buku ini tidak mempunyai alur yang jelas. berapa lama mereka melakukan perjalanan ini? Sehari? Seminggu? atau bahkan setahun? akan tetapi karena ketidakjelasan inilah saya bisa untuk tidak menghiraukannya dan bahkan menganggap hal itu tidak terlalu penting. Tapi setidaknya konsistensi dalam sebuah buku juga penting karena di Terra yang baru hanya ada satu matahari (hal. 195) jadi pertanyaannya berapa jumlah matahari yang ada di Terra sebelumnya? yang jelas adalah lebih dari satu. Tapi kenapa di masih terdapat banyak air disana. Karena apabila matahari lebih dari satu, maka yang ada dipikiran saya adalah panas, gersang dan debu. Yah, nggak tahu juga sih soalnya diawal buku ini penulis malah menceritakan bahwa disana sedang musim gugur (hal. 16) dan itu berarti pula ada musim semi, dingin dan panas dengan jumlah matahari tadi.



Penggunaan kolom kutipan seperti yang digunakan dalam buku inipun juga tidak diperlukan karena tidak ada gunanya sama sekali. Bahkan cenderung mengganggu kenikmatan membaca karena setiap membuka halaman yang ada kolom tersebut, mata ini akan langsung melirik dan membaca apa yang ada didalamnya yang notabene merupakan kutipan dari dialog atau narasi atau adegan yang ada pada halaman tersebut.

Untuk desain sampul sendiri saya kurang begitu cocok karena tidak menggambarkan apa yang dicari di buku ini akan tetapi lebih ke keadaan dunia di buku ini.

Jadi, kesimpulannya adalah :
  1. karakter terlalu banyak
  2. kata-kata yang digunakan tidak mudah dibaca dimengerti
  3. alur waktu yang tidak jelas
  4. sampul buku yang hanya 'lumayan'
  5. cerita yang kurang detil
Catatan :
Mohon lain kali penulis menggali lebih mendalam berkenaan dengan data yang digunakan karena pada akhir Epilog (hal. 198)  penulis menyebutkan kata planetes yang diikuti oleh nama-nama planet disana. Saya sebagai penggemar astronomi agak sedikit tersenyum membaca kata pluto disana. Sebagai informasi saja bahwa pada 24 Agustus 2006, dalam sebuah pertemuan Persatuan Astronomi Internasional, 3.000 ilmuwan astronomi memutuskan untuk mengubah status Pluto menjadi "planet katai" bersama-sama dengan sejumlah benda langit lainnya. dan planet katai/ planet kerdil (dwarf planet) adalah kategori yang diciptakan karena Pluto belum mengosongkan daerah di sekitar orbitnya yang menjadi salah satu syarat benda langit bisa disebut sebagai planet. Atau istilah gaulnya bahwa Pluto ini adalah Planet-wanna-be :D

source:
Pluto@Wikipedia 
Planet Katai@Wikipedia

Wednesday, July 10, 2013

The Immortals of Meluha




Top of Form

Bottom of Form

The Immortals of Meluha

by Amish Tripathi

Translator       : Nur Aini

Editor             : Agus Hadiyono

Format           : Paperback

Pages            : 586

Published        : June 2013

Publisher        : Mizan Fantasi

Original title    : The Immortals of Meluha

ISBN13          : 9789794337387

Language       : Indonesian

Series           : Shiva Trilogy #1


Setting          : Meluha, Lembah Indus





Sebuah cerita tentang legenda manusia yang akan membawa perubahan, kebenaran dan kemenangan di dunia Meluha. Cerita perjalanan menuju sebuah kesejahteraan dan kedamaian sejati.



Suryavanshi dan Chandravanshi adalah dua kelompok yang bertempat tinggal di tempat yang berbeda dan mempunyai pedoman hidup yang berbeda. Bersinggungan satu sama lain dengan prinsip hidup masing-masing yang saling bertolak belakang sehingga menimbulkan perpecahan dalam dunia Meluha.



Akan tetapi ada sebuah legenda kuno yang mengatakan bahwa “ketika kejahatan mencapai puncaknya, dan semua tampak telah hilang, saat musuhmu terlihat telah mencapai titik kemenangannya, seorang pahlawan akan muncul.”



Shiva, sosok manusia biasa yang menjalani kehidupan dengan sederhana dalam kesehariannya sampai suatu ketika muncul tanda bahwa dia-lah yang disebut dalam legenda tersebut. Tapi, apakah dia benar-benar manusia yang disebut-sebut dalam legenda itu? Apakah dia bisa menjalankan tugas barunya sebagai pahlawan yang ditunggu-tunggu? Apakah legenda itu akan menjadi kenyataan? Apakah dia berhasil membawa suryavanshi ke gerbang kemenangan dan mencapai puncak kejayaan? Apakah dia akan berhasil membawa perubahan? atau malah kehancuran?



---------------------------------------------------------------------------



Sebuah buku yang menarik, menggabungkan antara fakta dan fantasi penulisnya karena mengambil penokohan yang sangat jarang digunakan yaitu dewa dalam kehidupan India (lebih tepatnya agama Hindu) dengan setting tempat di Meluhha (yang terletak di India Barat dan Pakistan) dengan latar belakang peradaban Lembah Indus lengkap dengan Sungai Sarasvati kuno yang pernah mengalir disana. Dan tentu saja karena disanalah dipercaya sebagai tempat akar dari agama Hindu.



Karakter utama yang dihidupkan oleh penulis dalam buku inipun sangat kuat dan menonjol. Shiva misalnya, seorang yang bijak (dan tidak bisa dibilang muda), penuh dengan filosofi hidup, dengan pemikirannya yang bebas dari aturan yang ada dan berlaku kemanapun dia pergi (yang menurut saya cenderung suka seenaknya sendiri in a good way, of course). Meskipun ada pula beberapa karakter yang tidak diceritakan dengan jelas pula dikarenakan mereka hanya sebagai tokoh tambahan dalam cerita. Naga contohnya, manusia yang mempunyai keyakinannya sendiri dan melakukan perburuan manusia dengan kepala yang digunakan sebagai simbol kemenangan. 

Akan tetapi, dikarenakan disini penulis mengambil seorang/ lebih tokoh dari salah satu agama, penulis terkesan sangat berhati-hati agar tidak melanggar batasan yang ada sehingga tidak menimbulkan konflik. Jadi, jangan heran kalau banyak tulisan yang berisi tentang hal baik (hampir keseluruhan). Jadi menurut saya, penulis seolah dikekang oleh keadaan dan tidak bisa berimajinasi secara luas.



Sebenarnya, konsep buku ini bisa dibilang membosankan karena sudah terlalu banyak buku dengan konsep cerita yang sama. Kisah perjalanan hidup seorang manusia biasa, yang kemudian mencapai puncak kedudukan dikarenakan kekuatan yang dimilikinya atau hal yang dia lakukan, kisah yang sangat sederhana dan umum. Karena sejauh yang saya tahu, semua kisah kepahlawanan memiliki konsep yang sama dan percaya atau tidak, saya teringat Cinderella (dengan sepatu kacanya yang tertinggal) saat membaca adegan Shiva mendapatkan tanda bahwa dialah yang dimaksud dalam legenda kuno yang ada di peradaban tersebut. Akan tetapi alur dan ceritanya-lah yang menjadi daya tarik utama buku ini untuk dibaca dan diikuti. Berbeda dengan yang kebanyakan ada di pasaran saat ini (vampire, penyihir, werewolf, supernatural-thing, zombie dsj).



Terlepas dari masalah diatas, penceritaan disusun rapi dan terstruktur dengan baik dikarenakan hanya menggunakan satu sudut pandang. Mempermudah pembaca untuk berimajinasi dan ‘jatuh’ lebih dalam ke dunia yang ada. Bahasa ringan dan kata-kata sederhana (cenderung lembut tapi tegas dan entah apakah ini efek dari proses terjemahanan) yang digunakan dalam hal penarasian cerita maupun dialog juga turut andil dalam pembentukkan dunia dan atmosfer yang cukup kuat dalam buku ini. Banyaknya istilah Sansekerta pun tidak menghalangi untuk menikmati buku ini karena banyaknya kata-kata serapan dari bahasa tersebut yang kita gunakan dalam keseharian (setidaknya saya yang berasal dari Jawa). Tapi untuk mereka yang kurang mengertipun (ternyata) ada halaman glosarium di bagian belakang buku ini.



Salah satu nilai tambah adalah buku ini sarat dengan nilai-nilai moral yang hampir terlupakan di era modern dan di kala penulis lain berlomba-lomba untuk menulis cerita yang mengikuti minat pasar, buku ini berhasil 'melenceng' dari jalur yang ada dengan menyiratkan sebanyak mungkin pesan moral dalam ceritanya dan hal tersebut berhasil memikat (setidaknya) saya tanpa melupakan bahwa buku ini dibuat untuk dikomersilkan (dan lagi-lagi apakah ini dikarenakan takut merusak pencitraan tokoh utama dan menimbulkan konflik). Pesan moral disampaikan dengan bahasa yang apik dan dikiaskan sedemikian rupa sehingga kita tak menyadari bahwa kita telah membaca sebuah cerita yang penuh dengan bahan pembelajaran hidup.



Dan karena buku ini menggunakan budaya India pada umumnya dan Agama Hindu pada khususnya. Saya rasa, buku ini turut memperkenalkan apa saja yang ada disana dan apa yang terjadi disana. Sehingga tidak hanya cerita saja yang kita dapat akan tetapi sedikit adat yang ada seperti pengasingan anak (yang sekarangpun masih banyak terjadi - pembunuhan anak perempuan lebih tepatnya), tarian, adat istiadat yang menjadi akar masyarakat India (dan sekitarnya) di jaman sekarang, pengucilan orang-orang yang (dianggap) melakukan dosa.



Konflik yang terjadi adalah permasalahan yang sudah lama terjadi dan saya yakini menjadi alasan terjadinya perang dan perpecahan di dunia ini (bukan hanya dalam buku, akan tetapi di dunia nyata juga) yaitu karena adanya perbedaan pendapat dan kesemua pihak merasa bahwa merekalah yang benar (atau setidaknya mereka yakin bahwa mereka benar). Konflik yang dialami antara Suryavanshi dan Chandravanshi-pun (dan satu kelompok lagi yang belum banyak diceritakan - Naga) juga terjadi karena hal yang sama, dikarenakan cara pandang yang berbeda tentang hidup dan cara menjalankan kehidupan itu, setidaknya masalah itulah perbedaan yang sangat kental terlihat. Tapi entah permasalahan apa yang akan terjadi sebagai bahan tambahan penyemangat seri ini selain perjalanan Shiva itu sendiri, sampai saat ini belum terlalu jelas.



Untuk masalah pemilihan adegan pun cukup proporsional dan tidak terlalu memihak ke satu sisi sehingga tetap menjaga buku ini di alurnya berkenaan dengan perjalanan Shiva dalam mencari kebenaran dan memenuhi apa yang Suryavanshi (dan Chandravanshi) yakini bahwa dia adalah Sang Neelkanth. Adegan pembunuhan dalam peperangan yang sedikit sadis (menurut imajinasi saya pribadi), perayaan pernikahan, menari adalah sedikit dari contoh yang tergambar dengan jelas dalam pikiran saya. Entah itu murni karena buku ini atau karena ingatan saya akan kisah Mahabharata dan Ramayana yang saya ikuti saat masih kecil.



Untuk desain sampul (asli maupun terjemahan) saya rasa cukup adil karena meski digolongkan ke genre fiksi fantasi, buku ini terlalu kelam dan sedikit berat karena berkaitan dengan sejarah/ peristiwa/ kepercayaan/ agama dan ceritanya pun (buat saya) tidak sepenuhnya fantasi karena ada beberapa bagian yang benar adanya dan tidak dibuat-buat. Pemilihan warna yang cenderung gelap mendukung pencitraan buku dan trisula mempertegas siapa Shiva itu sebenarnya.



---------------------------------------------------------------------------



Saat pertama kali mengetahui bahwa buku ini berasal dari India saya merasa buku ini tidak termasuk dalam lingkup bacaan saya dan saya terlalu meremehkannya karena di pikiran saya dan dalam bayangan saya India terlalu identik dengan tarian, lagu, adegan lari-larian dalam hujan, polisi kesiangan, tuan tanah yang jahat dsj (efek terlalu banyak nonton film India – mungkin). Dan saya membeli hanya karena buku ini diterjemahkan oleh penerjemah favorit saya (alasan yang sulit diterima oleh akal kayaknya).



Buku ini juga memainkan emosi saya, membawa saya naik turun sembari menikmati cerita yang ada dan mengajarkan kepada saya, apa yang selama ini luput dari akal. Sebuah bahan instropeksi yang bagus untuk kehidupan bersosial.



Tulisan ini saya buat terlepas dari seberapa tuanya karakter (dan jujur saya tidak pernah memikirkan hal ini) dan hanya berdasar pemikiran saya dan apa yang saya baca.



Catatan:

Ini tulisan serius saya yang pertama berkenaan dengan buku dan saya yakin banyak kekurangan didalamnya.
 
original cover
The Immortals of Meluha on wiki
The Immortals of Meluha on GR
Amish' Official Site (Meluha Author)
Amish on wiki (Meluha Author)