Monday, June 20, 2016

[QR] Steelheart (Reckoners #1)

Quick Review2.jpgGreets!!!

Lagi ketagihan bikin QR nih. hahaha... maaf, ya. Soalnya selain ga butuh riset lama dan baca artikel sana sini sembari ngumpulin data, menghemat waktu pula di sela kerjaan yang bejibun :D

Buku ini ooooooowwwwsooomeeeee..!!! alias keren a.k.a EPIIIIC. Saya suka sama ceritanya yang sedari awal menimbulkan ketegangan tersendiri. Di awali dengan prolog singkat mengenai sejarah karakternya sendiri dan alasan dibalik tindakannya, dan di tutup dengan epilog yang sama menariknya.

Ditilik dari segi ceritanya sih bisa dibilang biasa saya, persengketaan dan perselisihan yang terjadi antara dua atau lebih kubu, dimana yang lain merasa selalu benar.Perpecahan itulah yang diangkat dalam cerita ini, satu pihak sebagai penguasa dan pihak lain sebagai pejuang. Sebut saja Divergent, The Hunger Games dan masih banyak judul lainnya.

Meski beberapa karakternya sendiri kurang kuat penggambarannya, akan tetapi seiring dengan berjalannya cerita semua akan pupus dengan aksi dan kisah yang dibangun oleh penulis dengan cukup kuat. World building juga sedikit lemah atau mungkin memang sengaja "dikorbankan" untuk meningkatkan daya tarik ceritanya, latar belakang sejarah terjadinya konflik juga hanya sedikit disinggung, tapi lagi-lagi itu tidak mengurangi keasyikan ceritanya.

Penggunaan istilah yang dipakai dalam pembagian ras juga harus diakui menjadi daya tarik tersendiri bagi buku ini, Conflux, Firefight, Steelheart, Fortuity dan banyak lainnya yang disebut sebagai kaum Epic (orang yang memiliki kekuatan) apalagi diperkuat dengan misteri yang ada pada masing-masing karakter dan seiring perkembangannya yang lebih memberikan warna baru di setiap halamannya. Dari nama-namanya saja sudah keren, kan?

Jujur, pada awal buku, saya merasakan sedikit kesusahan untuk masuk ke dunia yang ada pada buku ini karena terjemahannya yang harus saya baca dua tiga kali pada beberapa bagian karena terlalu kaku dan formal tanpa adanya penyingkatan atau penyesuaian kalimat. Bukannya malas tapi lebih ke tingkat kenyamanan dalam hal membaca saja. Apalagi buku ini diterjemahkan oleh nama yang baru saya lihat (mungkin saya yang kudet).

Nilai tambah lainnya adalah dari segi emosi. Saya menikmati emosi yang digoreskan pada buku ini. Brandon Sanderson berhasil membuat cerita ini dengan utuh tanpa mengabaikan sisi emosi para pembaca dan menjadikan poin yang bisa ditambahkan pada bagian Pro buku ini.

Dengan sampul warna biru kesukaan saya dan dominasi hitam yang memperkuat ketegasan sekaligus kekelaman dalam ceritanya, meski ada siluet manusia disana tapi tidak terlalu mengganggu... saya yang tidak terlalu suka dengan cover berparas (maksudnya bergambar manusia)

Semoga saja buku selanjutnya lebih sukses dibandingkan dengan buku ini, karena ekspetasi pembaca yang berlebih karena dampak dari buku ini tidak bisa disalahkan.

I'm out.

Stamp

No comments:

Post a Comment