SPOILER ALERT!!!!
Penulis :
Ziggy Zezyazeovienna Zabrizkie
Format : PaperbackHalaman : 200
Published : July 7th, 2013
Penerbit : Laksana
ISBN13 : 9786027933422
Language : Indonesian
Ehm...ehm...
Sebelumnya saya ucapkan selamat kepada penulis yang telah
melahirkan sebuah karya fiksi fantasi lokal ditengah-tengah gempuran
novel-novel terjemahan. Salut!
Disini saya akan mencoba menulis apa yang saya dapatkan dari
membaca karya yang satu ini. Sebagian besar kutipan saya ambil dari sinopsisnya untuk menghindari spoiler berlebihan :)
Pertama kali membaca judul buku ini, jujur saja buat saya
yang gemar membaca manga, pikiran saya langsung terbawa ke manga yang satu ini :
"The story of Planetes follows the crew of the DS-12 "Toy Box" of the Space Debris Section, a unit of Technora Corporation. Debris Section's purpose is to prevent the damage or destruction of satellites, space stations and spacecraft from collision with debris in Earth's and the Moon's orbits. They use a number of methods to dispose of the debris (mainly by burning it via atmospheric reentry or through salvage), accomplished through the use of EVA suits." source : Wikipedia
Dan ketika itu pula pikiran saya juga langsung berpedoman pada cerita itu. dan pada akhirnya saya salah karena buku ini bercerita tentang sebuah perjalanan untuk menemukan sebuah benda, tongkat lebih tepatnya yang bernama silex luminar.
Konsep buku ini sebenarnya stereotype yaitu perjalanan seseorang ato sekelompok orang untuk menemukan sesuatu guna mencapai kedamaian. Akan tetapi konsep sederhanapun akan menjadi sebuah cerita menarik apabila penggarapannya dilakukan dengan semaksimal mungkin.
"Zaman dahulu, dunia dibagi menjadi tiga area: tempat tinggal makhluk nirwana yang disebut Caelum, tempat tinggal makhluk kegelapan yang disebut Atyra, dan tempat tinggal makhluk fana yang disebut Terra."
Saya sudah banyak membaca cerita-cerita klasik yang masih berjaya sampai sekarang tentang pembagian area (saya hanya mengikuti kata yang ada di buku ini meski saya lebih cenderung menggunakan kata 'daerah' karena area terkesan modern :D ) tapi diatas apabila disebutkan dalam kalimat sederhana yaitu Surga, Neraka dan Dunia. Hmm... nothing special 'bout that.
Apalagi setelah dibaca lebih jauh area-area tersebut tidak diceritakan secara mendetil dan sejelas mungkin. Gambaran akan dunia tersebut dipikiran saya pun tersamarkan oleh debur ombak pikiran saya akan gambaran yang saya dapatkan dari buku-buku lainnya. Apalagi fokus perjalanan orang-orang tersebut hanya berada di Terra, jadi maafkan saya kalo saya berharap yang lebih tentang area yang digunakan.
Buat saya pribadi sih, sah-sah saja menggunakan kata-kata (entah itu nama ataupun tempat atau apapun itu) yang
Entah bahasa apa yang penulis gunakan untuk mendapatkan kata-kata tersebut alangkah lebih baik apabila penulis juga mempertimbangkan faktor kebiasaan yang ada disini (mayoritas pembaca di Indonesia)
Penggambaran cerita entah dari segi manapun membuat buku ini terasa terburu-buru untuk diterbitkan atau dengan kata lain penulis lebih bisa bereksperimen lebih jauh dengan buku ini dan tidak terbatas dengan 200 halaman yang ada. Faktor detil yang sangat amat kurang dalam penggambaran karakter dan tempat yang ada dibuku ini, kalau buat saya lebih baik kalau penulis mengurangi karakter yang digunakan sehingga tidak terlihat saling lempar, apalagi kalau karakter-karakter itu hanya digunakan sebagai pemanis dan daya tarik buku ini saja agar bisa dibilang keren.
"... 'Ah, mengagumi aliran air Master Sagbaer? Pernah ada seorang penyair yang menceritakan kematian bagi setiap makhluk di Terra, pernahkah kau dengar? Begini bunyinya!' " - hal. 124ehm...maaf ni, Reaume. Gue belum jawab pertanyaanmu. Untung saja gue belum pernah dengar. Coba kalo sudah. Tuh tenaga sia-sia buat nyeritain satu halaman tahu nggak?
" 'Begitulah! Pernahkah kau dengar? " - hal 126Ooii....denger ya. gue bisa denger tahu (niruin iklan coklat). ga usah deh loe pake teriak segala. orang kita deket juga. gue nggak tuli tahu?! Minta digampar ya?
Salah satu contoh penggunaan tanda baca yang salah kalau buat saya pribadi.
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat. Source: WikipediaKata "Begini bunyinya!" dan "Begitulah!" saya rasa tanda seru tidak diperlukan dan pemilihan kata itu sebelum dan sesudah puisi terkesan sekali bahwa Reaume ini seorang guru yang menjelaskan tentang pelajaran dikelasnya apalagi karena saya menangkap suasana yang ada di bagian tersebut sedang santai dan damai. Dan bila kalian sadari maka tagline judul pun menggunakan tanda seru di akhir kalimat. Buat apa coba?
Kalau berbicara soal alur waktu yang ada buat saya buku ini tidak mempunyai alur yang jelas. berapa lama mereka melakukan perjalanan ini? Sehari? Seminggu? atau bahkan setahun? akan tetapi karena ketidakjelasan inilah saya bisa untuk tidak menghiraukannya dan bahkan menganggap hal itu tidak terlalu penting. Tapi setidaknya konsistensi dalam sebuah buku juga penting karena di Terra yang baru hanya ada satu matahari (hal. 195) jadi pertanyaannya berapa jumlah matahari yang ada di Terra sebelumnya? yang jelas adalah lebih dari satu. Tapi kenapa di masih terdapat banyak air disana. Karena apabila matahari lebih dari satu, maka yang ada dipikiran saya adalah panas, gersang dan debu. Yah, nggak tahu juga sih soalnya diawal buku ini penulis malah menceritakan bahwa disana sedang musim gugur (hal. 16) dan itu berarti pula ada musim semi, dingin dan panas dengan jumlah matahari tadi.
Penggunaan kolom kutipan seperti yang digunakan dalam buku inipun juga tidak diperlukan karena tidak ada gunanya sama sekali. Bahkan cenderung mengganggu kenikmatan membaca karena setiap membuka halaman yang ada kolom tersebut, mata ini akan langsung melirik dan membaca apa yang ada didalamnya yang notabene merupakan kutipan dari dialog atau narasi atau adegan yang ada pada halaman tersebut.
Untuk desain sampul sendiri saya kurang begitu cocok karena tidak menggambarkan apa yang dicari di buku ini akan tetapi lebih ke keadaan dunia di buku ini.
Jadi, kesimpulannya adalah :
- karakter terlalu banyak
- kata-kata yang digunakan tidak mudah
dibacadimengerti - alur waktu yang tidak jelas
- sampul buku yang hanya 'lumayan'
- cerita yang kurang detil
Mohon lain kali penulis menggali lebih mendalam berkenaan dengan data yang digunakan karena pada akhir Epilog (hal. 198) penulis menyebutkan kata planetes yang diikuti oleh nama-nama planet disana. Saya sebagai penggemar astronomi agak sedikit tersenyum membaca kata pluto disana. Sebagai informasi saja bahwa pada 24 Agustus 2006, dalam sebuah pertemuan Persatuan Astronomi Internasional, 3.000 ilmuwan astronomi memutuskan untuk mengubah status Pluto menjadi "planet katai" bersama-sama dengan sejumlah benda langit lainnya. dan planet katai/ planet kerdil (dwarf planet) adalah kategori yang diciptakan karena Pluto belum mengosongkan daerah di sekitar orbitnya yang menjadi salah satu syarat benda langit bisa disebut sebagai planet. Atau istilah gaulnya bahwa Pluto ini adalah Planet-wanna-be :D
source:
Pluto@Wikipedia
Planet Katai@Wikipedia
No comments:
Post a Comment